Seri Taujih Pemenangan
Salah satu asbabun nuzul (sebab)
turunnya surat al-Isra ayat 1 yang berisi peristawa Isra Mi’raj adalah jatuhnya
mental Nabi saw dalam perjuangan melanjutkan
dakwahnya. Pasalnya, dua tokoh yang selama ini membantu dan menopang dakwah mabi saw telah dipanggil Allah
swt. Rasulullah saw merasa sedih, karena ditinggal wafat oleh pamannya bernama
Abu Thalib yang menjadi pembela beliau dari usaha kaum Quraisy menyudutkan
beliau. Belum usai dari rasa duka, di tahun yang sama, beliau pun ditinggal wafat oleh isteri tercintanya; Khadijah ra. Oleh
karena itu, para sejarawan menyebut tahun ke delapan kenabian itu sebagai “Tahun
Kesedihan” (‘Aamul Huzni).
Sebagai manusia, wajar nabi saw
merasakan kesedihan. Baik karena mereka adalah orang-orang yang sangat membantu dan menopang dakwah nabi, juga timbulnya rasa kekhawatiran akan nasib
perjalanan dakwahnya. Sementara para pemgikutnya mayoritas adalah orang-orang
miskin, para budak dan hanya sedikit dari kalangan tokoh Makkah.
Di tengah kegalauan itu, Allah
swt “menghibur” nabi saw dengan peristiwa Isra dan Mi’raj. Beliau diajak berjalan
dan berkeliling oleh malaikat Jibril untuk melihat dan menyaksikan keMahabesaran
Allah swt melalui tanda-tandaNya
berupa penciptaan langit dan
bumi serta planet-planetnya yang ada. Allah swt menceritakan :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنْ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ
لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil
Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS.
Al-Israa: 1)
Pada ayat ini, seakan Allah swt berpesan, Hai Muhammad, kamu jangan galau
dan bersedih serta khawatir, meski dua orang tokoh yang selama ini menolong dan
menopang dakwahmu telah tiada, tapi kamu itu tidak sendirian. Tetapi ada Allah
yang memiliki segala kebesaranNya dan kekuasaanNya yang akan menolongmu. Bahkan
Allah swt akan terus mendengar curhatmu dan mengabulkan segala permohonanmu.
Bahkan Allah akan selalu melihat dan memperhatinkamu.
Saudara, ayat ini dan peritiwa yang melingkupinya penuh dengan hikmah dan
pesan. Di antaranya:
- Dalam perjuangan, seorang tokoh meskipun sangat penting, tidak boleh kita menyandarkan sepenuhnya kepadanya. Karena dia atau mereka tidak akan selamanya ada dan hidup. Suatu saat tokoh itu akan tiada meninggalkan kita. Karena itu, kita tidak perlu khawatir dengan ketiadaan tokoh. Bersandarlah kepada Allah swt yang tidak pernah mati dan tidak pernah tidur, yang selalu mendengar keluhan dan melihat memperhatikan kita.
- Allah swt tidak merasa kerepotan untuk mendengar keluhan dan permohonan kita meskipun Dia mengatur galaksi dan planet-planet yang lebih besar dari tubuh dan pikiran kita. Surat al-Mujadalah adalah bukti bahwa Allah swt mendengar keluhaan seorang wanita yang tinggal hidup di pinggiran Madinah bernama Haulah tentang peristiwa tentang dirinya dan suamiya. Hingga Allah swt menurunkan surat Al-Mujadalah untuk memberikan solusi (jalan keluar) dari permasalahan keluarga miskin itu dari persoalan dirinya dan suaminya. Jika masalah kecil keluarga pinggiran itu saja didengar dan diperhatikan Allah, apalagi jika kita mengadu padaNya tentang masalah perjuangan dakwah yang kita jalani.
- Untuk mendapat pertolongan dari Allah, dekatkanlah diri padaNya, terutama di malam hari. Bangun malam hari dengan taqarrub padaNya akan menguatkan hati dan mental perjuangan kita. Oleh sebab itu kata “asraa” dalam ayat di atas meski sudah mengandungg arti “berjalan di malam hari”. Akan tetapi dikuatkan lagi dengan kata “Lailan” (di malam hari). Ini menunjukkan bahwa Nabi saw dapat menembus luar angkasa dan mendekat kepada Allah swt terjadi di malam hari. Banyak ayat yang menunjukkan bahwa kemuliaan itu di raih di malam hari.
Dan masih banyak lagi pesan penguatan pemenangan dalam mengemban tugas
dakwah dalam peristiwa Isra Mi’raj ini. Semoga kita dapat mengambil hikmah
peristiwa ini.
Waallahu a’lam bish showab
Rumpin, 4 April 2019
Muhammad Jamhuri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar