Selasa, 02 April 2019

Maksiat Dalam Perjuangan

Seri Taujih Pemenangan
Umar bin Khattab ra pernah mengirim surat kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, paglima pasukannya.: Isinya, “Amma ba’du: Kuperintahkan dirimu dan pasukanmu untuk bertakwa kepada Allah dalam setiap kondisi. Takwa kepada Allah adalah persiapan terbaik untuk menghadapi musuh dan strategi paling jitu di medan perang. Kuperintahkan dirimu dan pasukanmu untuk lebih berusaha menjauhi maksiat dibanding musuh. Sebab dosa yang dilakukan pasukan kita itu lebih mengkhawatirkan daripada kekuatan musuh. Umat Islam diberi kemenangan lewat maksiat yang dilakukan musuh. Kalau bukan karena itu, kita tidak mempunyai kekuatan melawan mereka. Pasalnya, jumlah kita kalah dengan jumlah mereka. Perlengkapan kita juga kalah dengan perlengkapan mereka. Bila kita sama-sama bermaksiat, maka mereka lebih unggul dalam hal kekuatan daripada kita”

Isi surat Umar bin Khattab itu memberi pesan kepada paglima dan pasukannya beberapa hal:
  1. Kemenangan dalam perjuangan tidak bergantung kepada banyaknya pasukan dan fasilitas, akan tetapi sebesar apa rasa takut pasukan kepada Allah swt dari berbuat maksiat 
  2. Kemaksiatan yang dilakukan pasukan lebih sanagat dikhawatirkan dari pada sedikitnya jumlah pasukan, dana dan fasilitas yang dimiliki. 
  3. Kekalahan lebih banyak diakibatkan karena ketidaktaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Bukan semata kehebatan strategi semata. (belajar dari perang Uhud)_

Kemaksiatan terjadi bukan hanya kita tidak meksanakan shalat atau ibadah lain yang berhubungan dengan Allah swt. Akan tetapi kemaksiatan juga dapat terjadi karena kesalahan yang dilakukan sesama manusia. Rasulullah saw hampir saja malam itu akan diberitahu Malaikat bahwa malam itu akan turun lailatul qodar dan beliau akan memberitahukan kabar baik ini kepada para sahabat. Akan tetapi pemberitahuan itu ditunda hanya karena ada dua sahabat yang masih berselisih hati di antara mereka. Dapat dibayangkan, hanya karena berselisih hati saja, dapat menunda turunnya keutamaan malam kemuliaan itu.

Berselisih dan menyelisih jika sampai tanazu” (saling bertikai/ribut) maka akan memperlemah kekuatan dan wibawa di hadapan musuh-musuh. Sebagaimana penjelasan Allah swt;

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfal: 46)

Saudara, ayat ini, diakhiri dengan kata sabar, bahwa Allah akan bersama dan berpihak kepada orang-orang yang sabar. Bahwa perbedaan pendapat dan berselisih pandangan adalah sesuatu yang wajar. Asal saja perselisihan dan perbedaan pandangan itu jangan sampai terjadi pertikaian dan berbantah-bantahan. Oleh sebab itu, sikap bersabar dengan menahan dari komentar atau tindakan yang akan menimbulkan pertikaian di dalam barisan pejuang adalah sangat disukai oleh Allah. Dan Allah akan bersama dan berpihak kepada orang-orang sedemikian sabar.

Jadi, jika kita ingin menang, hendaklah selalu menjauhi perbuatan maksiat. Baik maksiat kepada Allah dan rasulNya, maupun maksiat kepada sesama manusia yang akan mendatangkan perselisihan dan kelemahan. Semoga Allah swt melindungi kita semua dari maksiat-masksiat tersebut. Aamiin.

Wallahu’alam
Rumpin, 2 April 2019
Muhammad Jamhuri


Tidak ada komentar: