Jumat, 28 September 2012

10 Cara Menyiapkan Anak Shaleh Sejak Dini


Islam sangat konsent dalam mempersiapkan generasi yang paripurna dan soleh yang diidam-idamkan oleh setiap orang tua. Perhatian itu bukan hanya pada saat anak sudah menginjak dewasa, bahkan sejak dini Islam telah memperhatikan bagaimana mempersiapkan anak menjadi shaleh.

Beberapa perintah dan arahan Islam tentang penyiapan anak shaleh antara lain:

Pertama, perintah mencari jodoh atau pasangan yang shaleh dan kuat agamanya. Sebab, orang tua shaleh akan melahirkan anak yang shaleh jika mereka terus perhatian dalam mendidik anaknya. Rasulullah saw bersabda, “Pilih-pilihlah buat menitipkan nuthfah (benih) kalian, nikahilah orang-orang yang sekufu (sepadan) dan nikahkanlah sesama mereka” (HR: Baihaqi dan Ibnu Majah). Hadist ini menjelaskan kepada kita untuk memilih jodoh secara selektif sebagai tempat benih (nutfah) kita, jika benih unggul dan tanah tempat benih pun unggul, maka akan tumbuh tumbuhan yang bagus dan unggul pula.

Kedua, membaca doa saat bergaul antara suami dan isteri. Karena pernikahan bukan sekedar melampiaskan syahwat saja, akan tetapi mempunyai tujuan yang sangat luhur, yang diantaranya adalah melanjutkan kehidupan dengan keturunan yang baik (shaleh). Proses adanya keturunan adaah dimulai dari hubungan suami isteri, dan Islam telah mengajarkan agar saat proses pertama itu didahului dengan doa dan permohonan kepada Allah swt agar anak yang dikaruniakan jauh dari intervensi syetan. Doa  yang diajarkan oleh Rasulullah saw saat bergaul suami-isteri adalah “Ya Allah, jauhilah kami dari Syaitan, dan jauhilah syaitan dari anak yang Engkau karuniakan kepada kami”

Ketiga, Dzikir untuk keselamatan bayi. Dzikir memiiki pengaruh kepada janin dalam kandungan. Bahkan menurut penemuan modern, alunan musik  yang diperdengarkan kepada janin dapat menambah kecerdasan calon bayi. Jika musik saja dapat mencerdaskan calon bayi, bagamaina jika alunan suara al-Quran yang dibaca sang ibu? Tentu akan lebih dahsyat lagi pengaruhnya kepada calon bayi dalam kandungan. Ibnu taimiyah menyebut bahwa saat Fatimah putri Rasulullah saw telah dekat masa kelahirannya, Rasulullah saw memerintahkan kepada Ummu Salamah dan Zainmab agar keduanya menemui Fatimah untuk membacakan didekatnya ayat kursi, surat al-An’am ayat 54, dan surat Yunus ayat 3).

Keempat:  Beradzan di telinga kanan bayi saat kelahirannya. Ha ini dimaksudkan agar kalimat pertama yang didengar manusia di dunia ini adalah kaimat thoyyibah dan kalimat tauhid (mengesakan Allah swt). Dalam  sebuah hadits, Abu Rafi’ berkata: Aku melihat Rasulullah saw menyerukan adzan di telinga Hasan bin Ali saat dilahirkan oleh Fatimah (HR: tirmidzi). Selain itu Rasulullah saw pun menegaskan bahwa bayi yang diadzankan saat dilahirkan akan terlindung dari jin bernama Ummu Shibyan yang bertugas menggoda anak-anak kecil.

Kelima, Memberi kabar gembira kepada kerabat saat anak dilahirkan sehingga mereka ikut mendoakan bayi. Hal ini sangat penting, karena boleh jadi dari sekian banyak orang yang diberitahu kabar tentang kelahirann anak kita lalu mereka mendoakan kita dan bayi kita, kemudian Allah mengabulkan doa mereka uintuk kita. Apalagi dengan alat komunikasi yang beraneka ragam sekarang ini, kita lebih mudah memberitahu kepada kerabat dan teman-teman kita.

Hasan Bashori menceritakan bahwa ada seseorang datang kepadanya, dan di hadapannya ada seorang yang baru mendapatkan berita kelahiran anaknya. Lalu orang yang baru datang itu berkata, “Selamat ! Semoga dia menjadi penunggang kuda yang hebat!.” Hasan lalu berkata, “Apakah kamu tahu bahwa dia akan menjadi penunggang kuda?”. Lelaki itu bertanya, Lalu apa yang harus kami ucapkan?”.  Hasan menjawab, katakanlah “Semoga Allah meberkatimu dengan kelahiran anakmu, semoga engkau bersyukur kepada Tuhan yang menganugerahkannya, semoga engkau mendapat anak yang sholeh, semoga anakmu tumbuh menjadi dewasa. (tuhfah Maudud, karya Ibnu Qoyyim )

Keenam, mentahnik bayi dan mendoakannya. Tahnik adalah mengunyah-ngunyah kurma lalu  dimasukkan ke bagian atas mulut bayi. Hal ini merupakan sunnah Nabi saw.  Diriwayatkan dari Aisyah ra bahwa  Rasulullah saw sering menerima bayi yang didatangkan kepada beliau, lalu beliau mendoakan keberkatan untuknya dan juga mentahniknya (HR; Muslim)

Asma binti Abu Bakar ra menceritakan bahwa Rasulullah saw mentahnik bayinya dengan buah kurma kemudian mendokan bagi keberkatan bayinya.

Salah satu manfaat tahnik –menurut ulama– adalah; menjadikan otot-otot mulut bayi kuat sehingga saat menyusu akan mudah mendapat asupan cukup. Selain itu, dengan memasukkan sesuatu yang manis seperti kurma, diharapkan saat besar nanti, anak akan berkata manis. Kemudian manfaat lain adalah mendapat doa saat tahnik, oleh karena itu para ulama menganjurkan dalam bertahnik dianjurkan dilakukan oleh seorang yang alim dan sholeh serta wara’, sehingga keberkahan akan turun kepada sang bayi.

Ketujuh, Melaksanakan aqiqah, yakni menyembelih kambing pada hari ketujuh sebagai rasa syukur kepada Allah swt sekaligus pertanda bahwa kehadiran bayi memberi manfaat kepada lingkungan sekitar. Dari samurah bin Jundub ra, Rasulullah sw bersabda: Setiap bayi digadaikan oleh aqiqahnya yang disembelih untuknya pada hari ketujuhnya, lalu dicukur dan diberi nama.”. Filosofi dari aqiqah ini adalah berharap bahwa kehadirannya di muka bumi memberi manfaat kepada orang lain, bukan memberi kemudaratan. Sehingga diharapkan menjadi manusia yang selalu diharapkan orang, bukan yang dibenci orang.

Jika kita tidak sanggup menyembelih kambing pada hari ketujuh kelahiran bayi, maka boleh ditunda pada hari ke 14 atau hari kelipatan 7nya hingga kita mampu, bahkan diperbolehkan kapan saja waktunya sesuai dengan waktu kemampuan kita.

Kedelapan. Memberi nama yang baik bagi sang bayi. Rasulullah saw bersabda, “Nama yang paling disukai oleh Allah adalah Abdullah’ dan Abdurrahman”, dan nama yang paling baik adalah Harist dan Hammam, sedang nama yang paling buruk adalah Harb (perang) dan Murroh (pahit)”

Memilih nama yang baik dan sesuai dengan arti yang baik akan mempengaruhi karakter anak kita. Sebaliknya nama yang burukpun akan berpenagruh pada karakter anak kita kelak. Dan di akhirat kelak, setiap kita akan dipanggil sesuai dengan namanya masing-masing.

Kesembilan, mencukur rambut dan membersihkan kotorannya. Rasulullah saw pernah berpesan kepada puterinya bernama Fatimah, “Wahai Fatimah, cukurlah rambutnya (Hasan) dan bersedakahlah dengan perak seberat rambutnya” (HR: Tirmidzi)

Manfaat mencukur rambut ini adalah membersihkan kepalanya dari kotoran. Sebab saat diahirkan, rambutnya masih bercampur dengan kotoran dan cairan yang terdapat dalam rahim. Selain itu, dengan bersedakah seharga perak seberat rambut yang dicukur juga memberikan manfaat kepada kaum miskin.

Kesepuluh, mengkhitan anak. Sunnah ini sudah ada sejak dahulu kala dan ditetapkan menjadi ajaran nabi Ibrahim as hingga kita sekarang. Rasulullah saw bersabda,  “Khitan adalah hal yang dianjurkan bagi laki-laki dan kehormatan bagi wanita”. (HR: Ahmad)

Selain itu khitan juga menunjukkan fitroh (kesucian). Rasulullah saw bersabda, “Fitrah (kesucian) itu ada lima perkara, yaitu berkhitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis, memotong kuu, dan mencabut bulu ketiak” (HR: Bukhori )

Salah satu manfaat khitan adalah menjaga kesehatan, karena seorang lelaki yang tidak dikhitan, maka saat buang air kecil dan ber-istinja, maka kotoran dan najis masih ada yang melekat sehingga hal itu dapat mempengaruhi sah-tidaknya shalat. Di samping itu kotoran yang masih melekat akan menyebabkan penyakit kelamin pada yang bersangkutan. Dan lebih berbahaya lagi, jika lelaki melakukan hiubungan dengan seorang wanita maka akan menimbulkan kanker rahim pada si wanita tersebut.

Tentu saja, kesepuluh langah di atas tidak serta merta menyulap anak kita menjadi shaleh secara instan. Anak perlu mendapat bimbingan terus menerus sesuai dengan usia dan kejiwaannya. Hanya saja, langkah-langkah dini akan menambah proses terbentuknya anak shaleh saat mereka memasuki usia yang lebih lagi. Tentu saja dengan perhatian dan pendidikan yang baik secara terus menerus. Ibarat sebuah benih tanaman, kita tidak cukup hanya menanam tanpa dirawat dengan baik, baik berupa memberi pupuk, menyiramnya secara berkala, dan memagarinya agar tidak terinjak oleh hewan-hewan.

Semoga Allah swt menganugerahkan pada kita anak yang shaleh. Amin. )I(

Jamhuri

 

6 komentar:

ATI APRIYATI mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
ATI APRIYATI mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Motivasi1st mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
http://cerdasanakdini.blogspot.com/ hubungi kami mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.