Rabu, 08 Maret 2023

Karena Rajin Bersuci, Wafatnya pun di Tanah Suci

 

Jenazah di Kota Suci Makkah
Oleh : 

Muhammad Jamhuri

Saat itu musim haji tahun 2008. Semua jamaah haji sudah bersiap-siap akan wukuf di Padang Arafah. Ada seorang ibu usia baya yang ikut suaminya pergi haji. Suaminya adalah seorang pengusaha dari Makasar. Berangkatlah para jamaah haji ke Arafah, termasuk pasangan suami istri tadi. Saya pun ikut ke Arafah. Usai wukuf di Arafah, para jamaah diberangkatkan ke Muzdalifah. Setelah ambil syarat mabit dan mengambil kerikil di sana, para jamaah dibawa kembali ke syuqqoh/flat/hotel tempat menginap selama hari-hari armina (arafah-muzdalifah-mina) sebelum melaksanakan thowaf ifadhoh. Karena sebelum thowaf disyaratkan dalam keadaan suci (berwudhu), sementa jika berwudhu di Masjidil Haram akan terjadi antrian, maka para jamaah di arahkan menuju hotel untuk berwudhu di sana sebelum berangkat ke Masjidil Haram.

Di hotel, para jamaah pun diarahkan untuk berwudhu.. Termasuk ibu itu pun mengambil wudhu (bersuci). Ketika menunggu di ruang loby. Ibu ini merasakan pusing, lalu memohon ditemani suaminya. Beberapa saat kemudian beliau minta didengarkan bacaan al-Quran, kemudian beliau sempat berkata kepada suaminya, “Pak, semoga jamaah yang berangkat ini menjadi haji mabrur ya?”  “Amin” jawab suami singkat. Lalu ibu itu berkata, “Pak, saya izin berangkat dulu ya?” Lalu dia mengucapkan dua kalimat syahadat, dan tutup usia.

Esoknya, ibu itu dibawa ke Masjidil Haram untuk dishalatkan setelah shalat zhuhur. Sebelum dishalatkan, jenazah di letakkan di Hijir Ismail di samping bangunan Ka’bah bersama suaminya yang ikut mengantarkan. Kemudian jenazah itu dishalatkan dengan jumlah makmum jutaan jumlahnya. Bayangkan...ibu itu wafat di Tanah Suci, wafat setelah bersuci, wafat di tengah melaksanakan ibadah haji yang suci, dan dishalatkan oleh juataan jamaah haji yang sedang melaksanakan ibadah nan suci, serta dikebumikan di Tanah Suci.

Saya penasaran akan kehormatan ‘husnul khotimah’ yang Allah berikan kepada almarhumah ibu seperti ini. Esoknya saya menemui suaminya dan bertanya kepadanya, “Pak, apa amalan istri bapak sehingga beliau mendapat kemuliaan dari Allah di akhir hayatnya?, apakah isteri bapak seorang ustazah?” Suaminya menjawab, “Tidak pak, isteri saya hanya seorang ibu rumah tangga...usianya kini sekitar 52 tahun. Sejak saya berkeluarga dengan beliau, beliau tidak pernah sakit, apalagi berobat di rumah sakit. Tidak pernah. Saat menjelang wafat pun tidak ada tanda-tanda dia sakit.”

“Lalu apa amalan isteri bapak sehingga beliau mendapat kemuliaan husnul khotimah?.” Tanya saya. Bapak itu menjawab, “Ada dua amalan yang saya kagum terhadap isteri saya.”

Saya bertanya, “Apa dua amalan itu pak?” Bapak itu menjawab, “Isteri saya hatinya suci pak, saya kan pengusaha yang minimal sepekan sekali pergi keluar kota untuk menjalankan bisnis saya. Akan tetapi setiap saya dating pulang ke rumah –meskipun malam hari- dia selalu menjadi orang yang pertama membukakan pintu rumah, dia juga yang menyiapkan minum dan air hangat untuk saya, dan dia tidak pernah bertanya ‘dari mana?’ atau ‘kenapa datang malam’?.dia tidak bertanya curiga. Itu pak yang membuat saya kagum pada almarhumah”. Tambah suaminya.

“Lalu amalan yang kedua apa pak? Tanya saya. “Nah, isteri saya setiap kali akan bepergian pak –jangankan bepergian jauh, dia mau pergi ke pasar saja, pasti isteri saya itu berwudhu dahulu pak.” Jawab bapak itu.

Sampai titik inilah, saya tertegun, hati saya bergetar, bulu kuduk berdiri, sekaligus merasa malu kepada perempuan almarhumah ini. Padahal dia hanya seorang ibu rumah tangga, bukan seorang ustazah, namun dia melaksanakan ayat yang sangat sederhana, ayat yang dahsyat efek dan pengaruhnya. Dan disinilah saya seakan-akan baru membaca ayat yang sudah pernah saya hafal saat remaja belajar di Pesantren dahulu. Ayat itu adalah:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (QS: al-Baqarah: 222)

Pantas jika Allah swt telah mencintai dan merindukannya, hingga Allah swt mengundang kehadiran dan pertemuannya di Tanah Suci dan dalam keadaan bersuci.

Tidak ada komentar: