Jumat, 31 Maret 2023

Kita Bisa Mulia Atau Hina Karena Al-Quran

 

Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra berkata : 

ان الله يرفع بهذا الكتاب قوما و يضع به اخرين

Sesungguhnya Allah mengangkat (derajat) suatu bangsa dengan kitab ini (al-Quran) dan merendahkan bangsa lainnya juga dengan kitab ini (al-Quran).

Itulah kenyataan. Bangsa Arab yang semula tidak diperhitungkan dan tidak dilirik sedikit pun oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang sangat diperhitungkan dalam kancah politik, ekonomi, sosial dan militer. Saat al-Quran diturunkan secara berangsur, cuma ada dua negara super power yang diperhitungkan seluruh bangsa-bangsa dunia. Yakni Romawi dan Persia. Namun dalam perjalanan sejarahnya, dua bangsa besar itu dapat ditaklukkan oleh bangsa Arab dan Kaum Muslimin, yang sebelumnya tidak pernah diperhitungkan oleh bangsa manapun. Apa rahasianya? Karena umat Islam komitmen membaca, mempelajari dan mengamalkan al-Quran secara konsisten.

Kenyataannya, sesuatu yang disandarkan kepada al-Quran, maka sesuatu itu menjadi mulia, bahkan menjadi termulia. Sebagai contoh, Nabi Muhammad saw menjadi Ayroful Anbiya wal mursalin (Nabi dan Rasul termulia) karena beliau diturunkan padanya kitab al-Quran. Malam Lailatul Qodar menjadi malam termulia dan lebih baik dari seribu bulan, karena di malam itu diturunkan al-Quran. Bulan Ramadhan menjadi bulan yang suci dan termulia karena di bulan itulah diturunkannya al-Quran. Jibril menjadi malaikat termulia di antara para malaikat lainnya, karena beliau ditugasi Allah untuk menyampaikan wahyu (al-Quran) kepada Nabi Muhammad saw. Dan Dua kota tersuci yang ada di atas muka bumi, yakni Makkah dan Madinah, menjadi kota mulia lagi suci karena di dua kota itulah Al-Quran diturunkan, sehingga kita mengenal istilah surah Makkiyah dan surah Madaniyah (surat al-Quran yang diturunkan di Makkah/sebelum hijrah dan di Madinah/setelah hijrah).

Saya punya beberapa teman di Sukabumi, mereka semangat untuk membuat Pesantren Tahfizh al-Quran. Mereka merintis mulai dari Rumah Quran dengan menggunakan sebagian space rumahnya untuk para penghafal al-Quran, hingga santrinya bertambah, akhirnya mereka menyewa rumah makan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai rumah makan. Awalnya mereka hanya akan menyewa selama setahun saja karena keterbetasan dana. Namun karena mereka khawatir tahun depan akan ada banyak santri baru sementara jika kontrak sewa habis akan kesulitan mencari tempat lain, akhirnya mereka menyewanya untuk selama dua tahun, sebagai antisipasi di atas. Subhannallah, karena mereka bersungguh-sungguh untuk mensyiarkan dan memasyarakatkan al-Quran, empat bulan sejak menyewa rumah makan tersebut, mereka sudah ditawari orang dengan wakaf sebidang tanah lebih dari 1 hektar lengkap dengan rumahnya yang sudah tidak digunakan pemiliknya. Ini adalah contoh kemberkahan dan kemuliaan memperjuangkan al-Quran. 

Namun di sisi lain, banyak kisah, orang-orang yang konsen kepada al-Quran dengan tujuan keuntungan duniawi semata, atau sekedar menghafal tanpa pengamalan dan pemahaman yang benar sehingga berdampak buruk terjadi pada pelakunya. Kaum Khawarij adalah kelompok sempalan Islam yang anggotanya banyak yang hafal al-Quran. Namun karena pemahaman yang salah terhadap Islam serta berburuk sangka kepada para sahabat, mereka dimasukkan sebagai kelompok sesat oleh mayoritas ulama Islam dan para sahabat. Tidak sedikit juga para penghafal al-Quran yang tidak mengamalkan al-Quran akan berdampak buruk baginya. Kisah seorang yang hafalan al-Qurannya tiba-tiba hilang hanya karena tergoda oleh kecantikan wanita kafir hingga ia menjadi murtad, dan hafalan al-Qurannya hilang. Begitu juga tidak sedikit para penghafal al-Quran yang akhlak dan sikapnya tidak sesuai dengan ajaran al-Quran.

Tidak heran jika ungkapan Umar bin Khattab di atas menjadi kenyataan, "Sesungguhnya Allah mengangkat (derajat) suatu bangsa dengan kitab ini (al-Quran) dan merendahkan bangsa lainnya juga dengan kitab ini (al-Quran)". Dengan kata lain, kita bisa mulia atau hina karena al-Quran . Oleh sebab itu ada doa yang berbunyi, "Allahumma ij'al al-Qur'ana hujjatan lana Laa hujjatan alaina". Ya Allah, jadikanlah al-Quran sebagai penolong bagi kami, bukan sebagai penjurumus atas kami.

Terlebih jika umat sudah jauh dari mempelajari al-Quran. Tidak peduli dengan al-Quran, bahkan membacanya pun tidak, maka dikhawatirkan akan direndahkan Allah sebagaimana bangsa-bangsa lain yang telah direndahkan Allah swt. 

Di bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya al-Quran seperti saat ini, marilah kita kembali akrab dengan al-Quran dan mendudukkan fungsinya sesuai dengan arahan dan firman Allah swt, yakni sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas serta pembeda (furqan) antara yang haq dan batil dengan pemahaman yang lurus dan sebenarnya. Sebagaimana firman Allah swt:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنْ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) (QS. Al-Baqarah: 185)

M. Jamhuri, 8 Ramadahan 1444 H/31 Maret 2023 M.


Tidak ada komentar: