Rabu, 12 April 2023

Biarlah Menjadi Golongan yang Sedikit di Bulan Suci Ini

Pada suatu hari Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra merasa heran dengan seseorang yang sedang melaksanakan thawaf di Masjidil Haram. Karena orang itu dalam setiap putaran thawafnya hanya membaca satu jenis doa yang dibaca diulang-ulang. Doa itu berbunyi : Ällahumma ij'alni minal qoliiliin" (Ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang sedikit). Usai orang itu melaksanakan thawaf, Umar  pun memanggilnya dan bertanya, "Mengapa engkau membaca hanya satu jenis doa dalam setiap putaran thawaf dengan doa  seperti engkau baca?." Orang itu menjawab, "Wahai Amirul Mukmini, bukankah Allah swt berfirman ( وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِي الشَّكُورُ ) Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang pandai bersyukur (QS.Saba: 13)? . Nah aku ingin dijadikan Allah sebagai bagian dari golongan sedikit yang pandai bersyukur itu." 

Dalam surat al-Waqiáh, Allah swt berfirman:

أُوْلَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ . فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ . ثُلَّةٌ مِنْ الْأَوَّلِينَ . وَقَلِيلٌ مِنْ الْآخِرِينَ

Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. (QS. Al-Waqiah: 11-14)

Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar mengungkap salah satu pendapat ulama, bahwa yang dimaksud dengan golongan yang besar adalah orang-orang terdahulu dari umat Nabi Muhammad, sedangkan golongan yang kecil adalah generasi setelah mereka.

Dari pendapat ini, maka bisa dipahami bahwa generasi akhir dari umat Muhammad saw lebih sedikit yang masuk surga dibanding dengan generasi awal dari umat ini. Hal ini juga didukung oleh hadist Nabi saw yang menyebutkan bahwa ;

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3651, dan Muslim, no. 2533)

Salah satu tanda bukti akan sinyalemen di atas adalah fenomena bulan Ramadhan yang kita hadapi saat ini. Betapa menjelang akhir Ramadahan, justru semakin sedikit dari umat ini yang berada di Masjid. Padahal pada saat awal Ramadhan tiba, jamaah shalat taraweh saja sudah membludak, bahkan shaf-shaf jamaah padat hingga ke luar area masjid. Namun di akhir Ramdahan yang  berisi " daging" semua,  justru masjid-masjid semakin sepi ditinggal jamaahnya. Dan kepadatan manusia justru beralih dari masjid-masjid ke mall-mall, pasar, pusat berbelanjaan dan terminal-terminal.

Untuk apa kepadatan manusia berpindah dari masjid ke pasar dan mall-mall? untuk memperjuangkan eksistensi diri pada hari raya idul fitri nanti. Padahal jika dibanding keutamaan pahala yang terdapat di 10 terakhir Ramadhan ini dengan satu hari di hari raya Idul fitri maka pahala yang disediakan di 10 terakhir Ramadhan lebih banyak berlipat-lipat kali dibanding di hari Raya Idul fitri.

Memang sebagian manusia masih berpikir seperti anak-anak kecil yang masih sekolah. Saat menghadapi ujian akhir tahun, mereka malah lebih konsentrasi memikirkan rencana liburan sekolah dari pada memikirkan ujian yang sedang mereka hadapi saat ini. Padahal suksesnya melewati ujian maka akan sukses pula dalam melanjutkan tahapan pendidikannya. Atau seperti bodohnya orang yang bertanding dalam lomba lari marathon, semakin dekat dengan garis finish, malah  memperlambat kecepatan lari mareka, 

Biarlah kita menjadi golongan-golongan orang sedikit di bulan suci ini, karena Allah swt akan memilih yang terbaik dari hamba-hambaNya. Teruslah istiqomah dalam keakraban dengan Allah di sisa-sisa Ramadhan nan syahdu ini, biarkan mereka berjibaku dengan kesibukan dunia dan kebisingan kendaraan serta suara hiruk-pikuk pasar. Mudah-mudahan ibadah kita diterima Allah swt dan kesibukan mereka dimaklumi Allah swt dengan segala niatnya. 

Muhammad Jamhuri, 21 Ramadhan 1444 H/ 12 April 2023 M








Tidak ada komentar: