Rabu, 05 April 2023

Mentadabburi Lima Unsur Definisi Al-Quran

Para ulama ketika mendefinisikan sesuatu, mereka memasukkan segala sesuatu yang merupakan bagian dari sesuatu itu, serta mengeluarkan sesuatu yang bukan bagian dari sesuatu tersebut. Oleh sebab itu para ulama mendefinisikan al- Quran sebagai:

 القران هو : كلام الله المعجز المنزل على محمد صلى الله عليه و سلم المنقول بالتواتر المتعبد بتلاوته 

Al-Quran adalah firman Allah yang mengandung mukjizat dan diturunkan kepada nabi Muhammad saw, yang diriwayatkan secara mutawatir (otentik) dan membacanya bernilai ibadah.

Dari definisi atau pengertian al-Quran ini, maka al-Quran memiliki lima unsur kekhususan:

Pertama, al-Quran adalah kalamullah (firman Allah), baik secara teks maupun kandungan makna. Pengertian ini mengeluarkan hadist dan hadist qudsi. Karena hadist adalah ucapan atau sabda Nabi, perbuatan dan taqrirnya. Sedangkan hadist qudsi adalah hanya kandungan makna yang berasal dari Allah, sedangkan teks nya berasal dari Nabi Muhammad saw. 

Karena al-Quran adalah kalamullah (firman Allah), maka ia menjadi media (sarana) untuk komunikasi Allah kepada manusia. Jika kita berdoa, maka itu adalah omongan atau ucapan kita kepada Allah. Namun, jika saat kita membaca al-Quran  maka sebenarnya Allah swt sedang "ngobrol" dengan kita. Maka setiap kita membaca al-Quran, kita akan mengetahui apa maunya Allah terhadap kita. Apakah Anda ingin diajak ngobrol oleh Allah swt? Apakah Anda ingin tahu apa maunya Allah terhadap kita? Apakah Anda tidak ingin dicuekin Allah? Maka bacalah al-Quran. 

Apa perasaan kita jika kita diajak ngobrol oleh seorang presiden? Senang dan bangga bukan? Mengapa kita tidak senang dan bangga jika diajak bicara dan ngobrol oleh Allah?. Sekali lagi, kalau kita sholat atau berdoa, itu adalah omongan dan obrolan kita kepada Allah yang boleh jadi Allah cuekin. Tapi jika kita ingin diajak bicara dan ngobrol oleh Allah, maka bacalah al-Quran. Orang yang sering diajak ngobrol oleh Allah (dengan membaca al-Quran), maka Allah akan bertambah senang dan cinta. Bahkan akan mengabulkan permintaan melebihi  isi doa-doa yang diminta para pendoa.

Rasulullah saw bersabda, Dari Abu Sa’id ra bersabda Rasulullah SAW, “Rabb Tabaraka wa Ta’ala berfirman, ‘Barangsiapa disibukkan dengan Alquran daripada berzikir dan berdoa kepada-Ku, niscaya Aku beri ia sesuatu yang terbaik yang Aku berikan kepada orang yang meminta kepada-Ku. Dan keutamaan Kalamullah terhadap kalam lainnya seperti keutamaan Allah terhadap makhluk-Nya.” (H.R.Tirmidzi)

Kedua, Al-Quran  adalah mukjizat. Dia adalah mukjizat kholidah (yang kekal) hingga hari kiamat. Berbeda dengan mukjizat-mkjizat lain yang diberikan kepada Nabi yang bersifat sementara, seperti mukjizat Nabi saw dapat membelah bulan, jari tangannya dapat mengeluarkan air dan lainnya yang bersifat sementara dan hanya ada saat Nabi saw masih hidup. Namun al-Quran kemukjizatan akan berlaku hingga masa yang akan datang. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika umat Islam meninggalkan al-Quran. 

Dalam kisah-kisah perguruan silat, suatu perguruan akan dianggap paling hebat jika ia dapat melanjutkan dan mewariskan ajaran jurus-jurus silat yang ditinggalkan gurunya dan tertulis dalam buku wasiat. Bahkan para muridnya akan menjadi pendekar yang sakti mandraguna jika dapat menyerap dan mempraktekkan jurus-jurus gurunya tersebut.

Sedangkan al-Quran adalah "Buku Pusaka" yang ditinggalkan "Ayah Rohani" kita, yakni Rasulullah saw sang makhluk termulia. Di dalam buku pusaka itu juga terdapat jurus-jurus yang jitu. Baik jurus berekenomi, jurus bernegara, jurus berkeluarga, jurus berperang, jurus berkemajuan dalam ilmu dan teknologi, serta jurus lainnya. Maka jika umatnya mempelajarinya, mentadabburinya, mengamalkannya, maka dapat dipastikan umatnya akan menjadi paling unggul di atas umat lain. 

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنْ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah". (QS. Ali Imran: 110)

Ketiga, Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Definisi ini mengeluarkan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-nabi lain. Misal kalamullah yang ditrunkan kepada Nabi Isa as yang disebut disebut Injil, kepada Nabi Musa as yang disebut  Taurat dan kepada Nabi Daud as yang disebut Zabur. 

Ini juga mengkorfirmasi kepada kita bahwa al-Quran tidak diturunkan kepada seorang yang biasa-biasa saja. Akan tetapi seorang yang menjadi piihan Allah swt (al-Mukhtar wa al-Mushtofa). Beliau juga adalah pemimpin para Nabi dan Rasul (imamul anbiya wal mursalin). Seorang yang termulia tidak mungkin akan diberi tugas sesuatu yang kecil, akan tetapi risalah yang diembannya adalah sesuatu yang sangat mulia. 

Oleh sebab itu contoh terbaik dalam meniru jurus-jurus isi al-Quran adalah pengemban wahyu itu sendiri yang memiliki sifat mulia. Yakni Rasulullah saw. Karena ketika Aisyah ditanya seseorang tentang 'Bagaimana Akhlak Rasulullah saw?' Beliau menjawab, "Akhlaknya adalah al-Quran".

Keempat, Al-Quran diriwiyatkan secara otentik. Keaslian al-Quran sudah tidak diragukan lagi. Al-Quran sudah ditulis dan dijaga serta dihafal oleh para sahabat-sahabatnya sejak Rasulullah saw masih hidup. Bandingkan dengan kitab lain yang ditulis setelah ratusan tahun setelah wafat nabinya? Al-Quran sejak di generasi pertama sudah diriwayatkan oleh banyak orang sahabat (mutawatir), lalu diriwayatkan kembali oleh generasi setelah mereka(era tabiin), juga oleh generasi berikutnya (era tabiit tabiin), hingga saat ini. 

Allah pun telah menjamin penjagaan al-Quran dari kepalsuan. Firman Allah swt :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (QS. Al-Hijr: 9)

Allah swt pun menjamin bahwa al-Quran tak ada keraguan dalam isi dan kontennya:

ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ

 Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya (QS. Al-Baqarah : 2)

 Kelima, Membaca al-Quran merupakan bentuk ibadah. Maksudnya, meskipun seseorang tidak mengerti hukum tajwid seperti hukum idghom, ikhfa dan iqlab dan lainnya. Atau tidak mengerti tentang terjemah dari bacaan al-Quran yang dibacanya, maka membacanya dengan benar saja sudah merupakan bentuk ibadah. Bahkan satu huruf yang dibacanya mengandung 10 kebaikan. Rasulullah saw bersabda, 

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا , لاَ أَقُوْلُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ ( رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْح )

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tetapi aliif itu satu huruf, laam itu satu huruf, dan miim itu satu huruf.” (HR. Tirmidzi, no. 2910. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih). [HR. Tirmidzi, no. 2910. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih].

Muhammad Jamhuri, 5 April 2023/ 14 Ramadhan 1444 H

Tidak ada komentar: