Selasa, 11 April 2023

Ibadah Sosial Lebih Utama Dari Ibadah Individual, Agar Sifat ZhahirNya Allah Dirasakan Semua Makhluk

Allah swt tidak membiarkan  ibadah individual yang dilakukan hambaNya kecuali menuntut setelahnya melakukan ibadah sosial. Allah tidak memerintahkan shalat, kecuali setelahnya ada perintah zakat. Allah pun tidak membiarkan hambaNya melaksanakan ibadah puasa, kecuali harus ditutup dengan ibadah zakat fitrah. Shalat dan puasa adalah bentuk ibadah individual, sedangkan zakat adalah bentuk ibadah sosial.

Mengapa demikian? Karena Allah swt adalah ghaib (tidak nampak dengan kasat mata) sehingga salah satu sifat Allah adalah Al-Bathin (Maha Tak Nampak). Namun Allah juga memiliki sifat  yang salah satu asmaul husnaNya adalah Al-Zhahir (Yang Maha Nampak). Sebagaimana firman Allah swt :

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

 Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Hadid: 3)

Para ulama menyatakan bahwa yang dimaksud  Yang Zhahir ialah, Yang nyata adanya karena banyak bukti- buktinya. Bukti di sini bukan hanya langit, bumi, planet, laut, sungai dan segala alam yang kita lihat saja. Namun juga bagaimana sifat-sifat baik (asmaul husna) Allah itu dapat dirasakan secara inderawi oleh semua makhluk Allah melalui para khalifahNya di atas muka bumi ini. Siapakah para khalifahNya itu? tidak lain adalah kita sebagai manusia.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi (QS. Al-Baqarah: 30)

Para ulama tafsir bersepakat bahwa yang dimaksud dengan kata khalifah dalam ayat itu adalah manusia, yakni Nabi Adam as.

Maka, agar makhluk-makhluk Allah swt, termasuk manusia, hewan dan lainnya, mengenal sifat-sifat Allah yang baik itu, maka Allah memperkenalkan sebagian kecil sifat-sifatnya melalui para khalifahNya denga tindakan-tindakan zhahir yang mengejewantahkan sebagian kecil dari sifat-sifat Allah yang baik itu, agar makhluk lain, termasuk manusia, mengenal siapa itu Allah. Maka perlu ada tindakan "zhahir" agar para makhluk mengenal Allah.

Oleh sebab itu, ketika seseorang melakukan kebaikan kepada makhluk lainnya -baik kepada manusia, hewan dan lainnya - maka hal itu pahalanya dianggap lebih utama di sisi Allah dari pada ibadah individual. Karena ia sedang mengejewantahkan dan memperkenalkan salah satu atau beberapa sifat baik Allah swt kepada pihak lain, diantaranya sifat rahman dan rahimnya Allah.

Sebagai contoh, kisah ulama bernama Ibnu Mubarok yang mendahulukan membantu seorang ibu miskin yang memiliki anak-anaknya yang sudah yatim karena dia ditinggal wafat suaminya, sehingga tidak memiliki makanan di rumahnya, sang ibu memungut dan memasak daging hewan sang sudah menjadi bangkai. Ketika Ibnu Mubarok bertanya, "Bukankah daging bangkai itu haram? mengapa kau memasak dan memberikannya untuk anak-anakmu?". Sang ibu menjawab, "Ini haram buat Tuan, tapi halal buat kami." Ketika ditanya, "Mengapa bisa begitu?." Sang Ibu Menjawab Karena kami sudah tiga hari belum makan sehingga hidup kami dalam keadaan darurat, . Bukankah daging bangkai menjadi halal dimakan jika dalam keadaan darurat?. Ibnu Mubarok yang saat itu sedang dalam perjalanan menuju ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji yang ke sekian kalinya bersama kafilah haji lainnya, langsung bersedih dan menyerahkan semua sisa perbekalan hajinya kepada wanita tersebut sehingga beliau tidak jadi berangkat ke Mekkah. Namun di akhir kisah itu, Ibnu Mubarok justru bermimpi bertemu dengan Rasululllah saw dan dikabarinnya bahwa ibadah hajinya yang tidak jadi dilaksanakan itu telah dibadalkan (digantikan) oleh malaikat Allah swt karena kebaikan pada wanita miskin itu. Ini menujukkan bahwa ibadah sosial lebih utama dari ibadah individual.

Demikian juga dengan kisah Alqomah yang tidak memperdulikan panggilan ibunya karena sibuk dengan ibadah individualnya berupa shkat sunnah yang kisahnya berakhir pada kesulitan Alqomah saat sakratul maut pun menjadi contoh betapa kepedulian dan ibadah sosial lebih penting dari pada ibadah individual.

Contoh lain adalah kisah  seorang wanita penzina yang teleh memberi pertolongan kepada seeokor anjing yang sedang kehausan dan berada di samping sebuah sumur. Anjing itu tidak dapat menjangkau air sumur karena kedalamannya, sang wanita itu lalu dengan menanggalkan salah satu sepatunya untuk mengambill air dari dalam sumur tadi agar dapat diberikan kepada seekor anjing yang sedang kehausan itu, Atas perbuatan sosial baiknya itu Allah pun memasukkan wanita tersebut ke dalam surga.

Dari kisah-kisah di atas kita menjadi tahu, bahwa betapa kepedulian kepada sesama makhluk, bahkan kepada anjing sekalipun, dapat menandingi tumpukan kesalahan dan dosanya sebagai penzina sehingga dimasukkannya ke dalam surga. 

Sebaliknya, ada pula kisah seorang wanita yang dimasukkan ke dalam neraka, hanya karena mengurung seekor kucing, dia tidak memberinya makanan dan minuman serta tidak membiarkannya kucing di luar kurungan sehingga kucing itu dapat mencari makanan dan kebutuhannya sendiri.(al-Hadist)

Semua kisah-kisah di atas, menunjukkan bahwa agar sifat  Allah yang Az-Zhahir  dapat dirasakan secara "zhahir" (nyata) melalui makhlukNya berupa manusia.  Maka kita sebagai hamba Allah yang mukmin diperintahkan untuk berbuat baik kepada sesama makhluk Allah agar menjadi bukti adanya Allah swt. 

Itulah sebabnya, setiap kali ada perintah mendirikan shalat, Allah menyandingkannya dengan perintah berzakat:

 وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ

Dan dirikan shalat dan tunaikanlah zakat

Puasa juga mengajarkan kepada kita bagaimana rasa lapar yang dirasakan kaum dhuafa, hingga timbul rasa solidaritas dan kepedulian sosial kita.

Hal ini ditegaskan agar kita tidak merasa puas hanya dengan ibadah  individual semata, tanpa ada pengaruh dalam hubungan sosial dan melupakan ibadah sosial (berhubungan dan berbuat baik kepada sesama makhluk Allah). Karena kebaikan Allah dengan sifat-sifat baikNya (asamaul husna) harus dikenal semua makhluk melalui duta-duta kebaikanNya di muka bumi. Dan kita-lah seharusnya yang m menjadi duta-duta Allah dalam mengenalkan sifat-sifat Rahman dan Rahim Allah kepada semua makhluk Allah swt,, dengan sikap dan akhlak sosial kita.

Muhammad Jamhuri 20 Ramadahan 1444 H/ 11 April 2023 M



Tidak ada komentar: