Peristiwa ini, dan peristiwa lainnya mengingatkan kepada kita bahwa kematian dan ajal akan datang kapan saja. Kematian hanya satu, sedangkan sebab bisa bermacam-macam. (الموت واحد و تعددت الأسباب). Ada yang wafat karena kecelakaan di jalan, ada pula yang wafat karena jatuh disebabkan darah tinggi, stroke atau lain sebagainya.
Apa pun jenis sebab kematian itu, yang terpenting bagi seorang muslim adalah saat wafat berada dalam keadaan husnul khotimah (kesudahan yang baik). Salah satu sarana terpenting agar wafat dalam keadaan husnul khotimah adalah puasa. Sebab jika seseorang sedang kondisi berpuasa kemudian ia wafat, maka ia wafat keadaan sedang beribadah kepada Allah swt. Oleh sebab itu, puasa adalah satu-satunya jenis ibadah yang meskipun kita dalam keadaan tidur atau fisik kita sedang non aktif, maka tidur kita tetap bernilai ibadah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ
مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ
“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih,
amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni” (HR
Baihaqi).
Alangkah indahnya jika seseorang ditakdirkan dalam kondisi beribadah puasa lalu ia harus menemui ajalnya, baik karena musibah gempa bumi, kecelakaan kendaraan, atau dalam kondisi wafat mendadak.
Ketika Rasulullah saw ditanya alasan mengapa beliau sering melaksanakan ibadah puassa di hari Senin dan Kamis, maka beliau memberi jawaban, bahwa kedua hari itu adalah hari dilaporkannya amal seorang hamba, dan Nabi saw menyukai jika saat dilaporkan, kondisi beliau dalam keadaan sedang beribadah.
Artinya: Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah
bersabda, seluruh amal hamba itu dilaporkan di hadapan Allah pada hari Senin
dan hari Kamis. Aku senang sekali jika amalku diperlihatkan di saat aku sedang
berpuasa. (HR Turmudzi dan lainnya)
Jika dalam kondisi hidup saja, saat amal manusia dilaporkan dalam kondisi ibadah puasa itu disukai, tentu saja manusia akan lebih bahagia lagi jika saat wafat tiba, diri dalam kondisi sedang beribadah , yakni puasa. Maka ibadah puasa dapat dikatakan menjadi sarana seseorang mendapat husnul khotimah (kesudahan hidup yang baik).
Cara lainnya untuk menadapat husnul khotimah adalah menjaga wudhu. Seseorang yang diwafatkan Allah swt dalam kondisi dia sedang suci (tidak memiliki hadas), maka dia dalam kondisi sedang dicintai Allah swt. Berdasarkan firman Allah swt :
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al=Baqarah: 222)
Oleh sebab itu, menjaga wudhu atau menjaga kesucian adalah satu amalan yang sering dilakukan oleh orang-orang sholeh
Di kondisi saat ini - yang menurut sebagian orang sebagai hidup di akhir zaman, dimana salah satu tandanya adalah banyaknya fenomena orang mati mendadak, maka amalan berpuasa (baik yang bersifat wajib maupun sunah) serta rajin menjaga kesucian (berwudhu), adalah sangat penting kita amalkan, agar kita dapat mencapai akhir hidup dalam kondisi terbaik (husnul khotimah)
Hadits Anas bin Malik menyebutkan, Nabi Muhammad SAW
bersabda:
عن أنس بن مالك رضي الله عنه أن النبي -صلى
الله عليه وسلم- قال : إن من أمارات الساعة أن يظهر موت الفجأة
"Salah satu tanda akhir zaman adalah munculnya kematian
secara mendadak." (HR Ath-Thabrani)
Semoga Allah swt memberi kita karunia husnul khotimah. Aamiin
Muhammad Jamhuri, 18 Ramadhan 1444 H/ 9 April 2023 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar