Minggu, 09 April 2023

Puasa Sebagai Sarana Meraih Husnul Khotimah

Bencana gempa bumi yang baru-baru ini menimpa daerah Cianjur, kemudian disusul dengan bencana yang sama di negara Turki, mengkorfirmasi kepada kita bahwa ratusan bahkan ribuan jiwa telah melayang dalam waktu yang singkat, baik karena tertimbun bangunan maupun yang tidak diselamatkan saat tiba rumah sakit.

Peristiwa ini, dan peristiwa lainnya mengingatkan kepada kita bahwa kematian dan ajal akan datang kapan saja. Kematian hanya satu, sedangkan sebab bisa bermacam-macam. (الموت واحد و تعددت الأسباب). Ada yang wafat karena kecelakaan di jalan, ada pula yang wafat karena jatuh disebabkan darah tinggi, stroke atau lain sebagainya. 

Apa pun jenis sebab kematian itu, yang terpenting bagi seorang muslim adalah saat wafat berada dalam keadaan husnul khotimah (kesudahan yang baik). Salah satu sarana terpenting agar wafat dalam keadaan husnul khotimah adalah puasa. Sebab jika seseorang sedang kondisi berpuasa kemudian ia wafat, maka ia wafat keadaan sedang beribadah kepada Allah swt. Oleh sebab itu, puasa adalah satu-satunya jenis ibadah yang meskipun kita dalam keadaan tidur atau fisik kita sedang non aktif, maka tidur kita tetap bernilai ibadah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

  نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ

“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni” (HR Baihaqi).

Tentu saja bukan tidurnya yang ibadah, namun karena kondisi orang tidur itu dalam keadaan berpuasa, maka meskipun fisiknya sedang non aktif atau dalam kondisi tidur, maka tetap orang itu sedang dalam kondisi melaksanakan ibadah, yakni puasa.

Alangkah indahnya jika seseorang ditakdirkan dalam kondisi beribadah puasa lalu ia harus menemui ajalnya, baik karena musibah gempa bumi, kecelakaan kendaraan, atau dalam kondisi wafat mendadak.

Ketika Rasulullah saw ditanya alasan mengapa beliau  sering melaksanakan ibadah puassa di hari Senin dan Kamis, maka beliau memberi jawaban, bahwa kedua hari itu adalah hari dilaporkannya amal seorang hamba, dan Nabi saw menyukai jika saat dilaporkan, kondisi beliau dalam keadaan sedang beribadah. 

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُعْرَضُ الْأَعْمَالُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya: Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah bersabda, seluruh amal hamba itu dilaporkan di hadapan Allah pada hari Senin dan hari Kamis. Aku senang sekali jika amalku diperlihatkan di saat aku sedang berpuasa. (HR Turmudzi dan lainnya)

Di sini semakin jelas, bahwa ibadah puasa itu adalah ibadah yang dapat dilakukan sambil melakukan aktifitas lain sepanjang hari. Berbeda dengan ibadah shalat misalnya, yang dibatasi hanya oleh aktifitas antara takbirotul  ihram hingga salam saja.

Jika dalam kondisi hidup saja, saat amal manusia dilaporkan dalam kondisi ibadah puasa itu disukai, tentu saja manusia akan lebih bahagia lagi jika saat wafat tiba, diri dalam kondisi sedang beribadah , yakni puasa. Maka ibadah puasa dapat dikatakan menjadi sarana seseorang mendapat husnul khotimah (kesudahan hidup yang baik).

Cara lainnya untuk menadapat husnul khotimah adalah menjaga wudhu. Seseorang yang diwafatkan Allah swt dalam kondisi dia sedang suci (tidak memiliki hadas), maka dia dalam kondisi sedang dicintai Allah swt. Berdasarkan firman Allah swt :

 إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al=Baqarah: 222)

Oleh sebab itu, menjaga wudhu atau menjaga kesucian adalah satu amalan yang sering dilakukan oleh orang-orang sholeh

Di kondisi saat ini - yang menurut sebagian orang sebagai hidup di akhir zaman, dimana salah satu tandanya adalah banyaknya fenomena orang mati mendadak, maka amalan berpuasa (baik yang bersifat wajib maupun sunah) serta rajin menjaga kesucian (berwudhu),  adalah sangat penting kita amalkan, agar kita dapat mencapai akhir hidup dalam kondisi terbaik (husnul khotimah)

Hadits Anas bin Malik menyebutkan, Nabi Muhammad SAW bersabda:

عن أنس بن مالك رضي الله عنه أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال : إن من أمارات الساعة أن يظهر موت الفجأة

"Salah satu tanda akhir zaman adalah munculnya kematian secara mendadak." (HR Ath-Thabrani)

Semoga Allah swt memberi kita karunia husnul khotimah. Aamiin

Muhammad Jamhuri, 18 Ramadhan 1444 H/ 9 April 2023 M


Tidak ada komentar: