Selasa, 11 Juli 2023

Dapat 100 Ribu Pahala Sholat di Masjidil Haram, Pulang Haji Tidak Usah Sholat Lagi?

 

Usai menjelaskan tentang keutamaan sholat di Masjidil Haram, salah seorang jamaah haji bertanya, “Ustadz, kata ustadz tadi, keutamaan sholat di Masjidil Haram itu sama dengan 100 ribu sholat yang dilakukan di tempat lain. Saya sudah hitung ustadz, 100.000 : 5 waktu sholat = 2.000 hari = 666 bulan = 55 tahun. Nah, berarti boleh dong pulang dari umroh atau haji kita gak sholat lagi selama 55 tahun? Kan deposit pahala sholat di Masjidil Haram masih banyak yaitu sebanding 100 ribu kali sholat di tempat lain?.”

 “Sebelum saya jawab, boleh saya tanya tentang pribadi bapak?” Ustadz balik bertanya. “Mmmm, boleh, silakan ustadz.” Jawab jamaah.

 “Pekerjaan bapak apa?” Tanya ustadz.

 “Saya karyawan di sebuah BUMN ustadz.” Jawab jamaah.

 “Maaf, penghasilan bapak perbulannya berapa?.” Tanya ustadz lagi.

 “Yaaahh...sekitar 10 juta-an lah..” jawab jamaah.

“Selain untuk makan sehari-hari, berapa rupiah kebutuhan perbulan bapak? Katakanlah untuk bayar listrik, air, sekolah/kuliah anak, bensin kendaraan,  gaji pembantu, nabung dan lain-lain.?.” Tanya ustadz.

Sambil berfikir sejenak,  jamaah menjawab: “Mmmm..sekitar 6 jutaan, ustadz.”

“Berarti 4 jutaanya untuk kebutuhan makan sehari-hari selama sebulan?” tanya ustadz lagi.

 “Ya, kira-kira segitu lah..” jawab jamaah.

“Nah, jika suatu saat bapak makan bersama keluarga di sebuah restoran hotel mewah yang per pax-nya seharga Rp 1 jt dan jumlah keluarga bapak ada 4 orang. Berarti bapak menghabiskan uang untuk makan di tempat mewah itu Rp.4 juta untuk sekali makan?. Lalu apakah bapak dan keluaga bapak kuat tidak makan selama 1 bulan dikarenakan jatah 4 jutaan tadi dipakai untuk makan di restoran tersebut?” tanya ustadz.

“Maksudnya ustadz?” Jamaah minta diperjelas.

“Begini, tadi kan gaji bapak 10 juta/bulan, lalu kebutuhan selain makan 6 jutaan, dan untuk konsumsi makan perbulan 4 jutaan.. Lalu jika uang 4 jutaan jatah makan sebulan tadi dipakai makan di restoran mewah untuk sekali makan, sehingga uang bapak habis, lalu apakah bapak tidak makan sebulan ke depan. Lalu apakah bapak dan keluarga bapak kuat tidak makan selama sebulan?” tanya ustdaz.

“Kalau tidak makan selama sebulan, mana kuat kami ustadz?” Jawab jamaah.

“Nah, begitu juga dengan shalat di Masjidil Haram. Saat bapak shalat di Masjidil Haram, itu seperti jamuan Allah untuk bapak dalam beribadah, seperti bapak makan di restoran hotel mewah tadi. Tetapi kebutuhan spritual bapak sehari-hari atau shalat 5 waktu sehari-semalam, itu sama dengan  kebutuhan bapak terhadap makanan dan minuman. Kalau bapak bilang abis pulang haji atau umroh kita tidak usah shalat selama 55 tahun. Bapak mau gak? abis makan di hotel itu tidak usah makan minum lagi selama sebulan berturut-turut? Nah, pasti makan juga kan?. Itulah samanya kebutuhan batin kita terhadap gizi shalat sehari-hari.” Jelas ustazd.

 “Jadi, pahala 100 ribu shalat di Masjidil Haram tidak bisa menggugurkan shalat 5 waktu sehari-hari ustadz?” Tanya jamaah minta penegasan.

“Ya, betul !, Seperti makan 1 juta di restoran tidak menggugurkan kebutuhan makan kita sehari-hari” tambah Ustadz.

“Berarti kita gak boleh hitung-hitungan kaya perusahaan ya ustadz?” Tanya jamaah

“Boleh sih untuk semangat beramal, atau dalam bahasa Arabnya disebut ‘targhib’ (spirit) ibadah, tapi tidak sepenuhnya selalu diperhitungkan seperti hitungan perusahaan.” Jawab ustadz.

“Kalau ngelola negara seperti ngelola perusahaan, boleh gak ustadz?” tanya jamaah.

 “Sama, tidak selamanya ngelola negara seperti ngelola perusahaan. Perusahaan kan yang dipikirkan untung-ruginya, Jika negara seperti perusahaan atau produsen, sementara rakyatnya adalah konsumen, bisa-bisa yang dipikirkan keuntungan produsen tapi tidak memperhatikan daya beli konsumen/rakyat.” Jelas ustadz.

“Karena itu dalam negara, ada kebijakan subsidi. Kalau semua tanpa subsidi, lalu kemana hasil pajak yg dibayar rakyat dong? Apalagi jika premium mau dihapus, rakyat dipaksa beli pertamak?  Sudah gak dikasih subsidi, dipaksa pula beli pertamak lagi yg mahal...?”Ustadz  menambahkan.


Tidak ada komentar: