Senin, 03 Juli 2023

Seni Menjemput Kematian

Kematian pasti datang pada setiap manusia yang bernyawa. Namun bagaimana cara maut menjemput kita, atau kita menjemput kematian? Itu memiliki seni (baca: cara) tersendiri.

Sebagai contoh almarhum Paimin yang berangkat haji tahun ini (2023). Beliau wafat tepat setelah prosesi wukuf di Arafah usai. Setelah shalat zhuhur-Ashar jamak takdim, khutbah wukuf dan zikir wukuf selesai, dua jam setelah itu beliau dipanggil Allah swt.
Ketika saya melihat istrinya begitu tegar dan kuat menghadapi musibah ini. Isterijya bercerita, “Ini sudah menjadi cita-cita bapak sejak dahulu. Beliau pernah berkata ingin wafat di tempat yang mulia. Saat ibadah haji.”
Jenazah beliau saat dikafani tidak ditutup kepalanya seperti pocong umumnya jenazah, karena beliau dalam kondisi masih ihrom. Dan akan dibangkitkan di alam kuburnya dalam keadaan sedang ihrom. Suatu episode akhir yang baik (husnul khotimah).
Lain lagi dengan almarhumah ibu Narsi, beliau malah diwafatkan Allah setelah merampungkan semua prosesi ibadah hajinya. Tepat beberapa waktu seusai thawaf ifadhoh (rangkaian akhir ibadah haji) beliau pun dipanggil Allah. Sebenarnya, beliau seharusnya pergi haji sejak tahun kemarin bersama suaminya, tapi karena masih dalam keadaan sakit maka tidak bisa berangkat. Hanya suaminya yang bisa haji sendirian tahun lalu. Tahun ini bulat tekadnya untuk berhaji, dan suaminya pun merelakan berangkat tanpa didampinginya. “jannah.....jamnah..…insya Allah..” ujar satpam wanita Arab berpakaian merah kecoklatan di Mall Clock Tower yang membantu evakuasi almarhumah ke rumah sakit Ajyad di hotel Shofwah usai almarhumah thawaf ifadhoh di masjidil Haram dengan menggunakan roda dorong
Ya Allah ikhtim lanaa bi husnil khotimah..

Tidak ada komentar: