Taujih Pemenangan
Dalam surat Al-Fatihah, Allah swt
membagi kelompok umat-umat agama samawi kepada tiga kelompok, yaitu kelompok “An’amta
Alaihim” (orang-orang yang engkau beri nikmat/kaum mukminin), kelompok “Al-Maghhdhubi
Alaihim” (Orang-orang yang dimurkai Allah/kaum Yahudi), dan kelompok “Al-Dhollin”
(Orang-orang yang sesat/kaum Nasrani). Dari tiga kelompok itu, Allah swt mengarahkan kita agar selalu berada
di jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang diberi ni’mat (shirotol ldazina an’amta alaihim).
Dalam awal surat al-Baqarah,
Allah swt memperluas pembagian kelompok manusia, yaitu bahwa manusia terbagi
kepada tiga kelompok; pertama kelompok Muttaqien (orang-orang yang bertaqwa)
pada ayat 1-5. Kedua, kelompok Kafirin (orang-orang kafir) pada ayat 5-7. Dan
Ketiga kelompok Munafiqin (orang-orang Munafiq) pada ayat 8-20.
Sebagaimana pada surat al-Fatihah
yang bersisi anjuran agar berada dan berpihak di jalan orang-orang yang Allah
beri nikmat. Demikian juga dalam surat Al-Baqarah terdapat pesan tersirat, agar
kita berpihak kepada kelompok orang-orang yang bertaqwa yang tipe dan sifatnya
disebut di awal surat al-Baqarah. Terlebih pada saat manusia kebingungan
tentang sosok personal atau kelompok yang disebut kelompok muttaqien, Allah swt
mendatangkan surat Ali Imron
(keluarga Imron), untuk menegaskan bahwa salah satu contoh personal dan
kelompok orang-orang bertaqwa adalah Imron dan keluarganya.
Jadi dari tiga kelompok penganut
agama samawi dalam surat al-Fatihah, Allah swt telah berpesan agar kita selalu
bersama dan berpihak dengan kelompok orang-orang yang diberi nikmat. Yaitu
berada di jalan para nabi, orang-orang sidiq (jujur), para syuhada, dan
orang-orang sholeh. Sebagaimana firman Allah swt:
وَمَنْ يُطِعْ
اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ
مِنْ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ
أُوْلَئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa
yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. Am-Nisaa: 29)
Dalam surat al-Baqarah pun Allah swt memberi pesan
tersirat agar kita menjadi dan berpihak kepada orang-orang bertaqwa. Itulah
sebabnya Allah menceritakan pigur orang bertaqwa melalui kisah Ali Imron
(keluarga Imron) pada surat berikutnnya. Allah melarang kita menjadi kafir atau
munafiq dan berpihak kepada mereka. Bahkan Allah menjelaskan lebih panjang
sifat-sifat orang munafiq, agar lebih dikenal karena kemiripan mereka dengan
orang-orang mukmin.
Saudara, idealnya kita menjadi orang yang beriman dan
muttaqien yang akan diberi nikmat oleh Allah swt. Jika tidak sederajat dengan
mereka, maka setidaknya kita bersama mereka atau berpihak kepada mereka. Dan
tidak berpihak apalagi membantu kelompok kafirin, munafiqin dan kelompoknya
seperti kaum sekuler, liberal, pegiat LGBT, penista agama, kaum Yahudi dan
Nasrani. Terlebih dalam menentukan pemimpin bagi suatu bangsa dan umat. Karena
Nabi saw menegaskan bahwa manusia tergantung pada agama temannya. Jika seorang
teman saja bisa mempangaruhi agama orang lain, terlebih dengan seorang pemimpin
yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat banyak yang dipimpinnya?.
Semangatlah terus bersama kaum mukminin yang istiqomah. Tetaplah berpihak
kepada orang-orang yang dicintai Allah dan mengibarkan panji-panji kebenaran,
meskipun hanya satu suara yang kita bisa sumbangkan untuk kemenangan ahlul haq.
Ingat kisah burung kecil dan cecak di zaman Nabi Ibrahim as. Saat beliau
dibakar oleh raja Namruzd dengan api yang berkobar-kobar, burung kecil itu
bolak baik membawa air dengan paruhnya yang kecil mungil sambil menyiramkan air
tersebut ke kobaran api yang sedang membakar Nabi Ibrahim as. Seekor cecak yang
melihat perilaku burung itu berkata,”Hai burung, apa gunanya setetes air yang kau
bawa di paruhmu disiramkan kepada api besar yang berkobar itu? Percuma saja,
air itu tak akan memadamkan api itu.” Sang burung kecil menjawab, “Aku lakukan
setidaknya Allah akan menyaksikan, di pihak manakah aku berada? Di pihak Namrudz
karena aku tidak berbuat apa-apa menolong Ibrohim as atau aku di pihak Ibrahim karena aku telah berbuat
untuknya semampu ku?”
Saudara, satu suara kita akan menentukan catatan Allah swt, dimanakah kita berpihak?
Apalagi jika setiap kita bergerak untuk mengajak orang lain agar mereka berada
di pihak kelompok orang-orang yang dicintai Alllah swt.
Wallahu a’lam
Rumpin, 31 Maret 2019
Muhammad Jamhuri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar