Taujih Pemenangan
Sudah kita mafhum bersama, bahwa
Islam adalah manhaj (pedoman) hidup. Politik adalah bagian kecil dari sistem kehidupan
manusia. Karena itu, bidang politik adalah bagian kecil dari keluasan ajaran
Islam yang kompehensif. Islam hadir untuk memberi solusi bagi segala krisis
kehidupan manusia, baik individu, masyarakat, negara, bahkan dunia dan akhirat.
Para Nabi diutus oleh Allah swt
bertujuan untuk mengatur kehidupan. Sebagian mereka bahkan diutus menghadapi
kepala-kepala negara yang berbuat lalim. Untuk memberi peringatan agar kembali
ke jalan Allah dan tidak merugikan manusia. Sebagian lagi ada yang dijadikan pemimpin negara.
Meski demikian, misi mereka sama, yakni memberi peringatan dan kabar gembira. Dengan
demikian, baik sebagai pemimpin dan raja, atau sebagai rakyat, fungsi mereka
sama sebagai da’I yang mengajak kepada jalan Allah dan menjauhi sikap yang
dapat merugikan manusia.
Politisi adalah orang yang terjun
dalam bidang politik, baik langsung atau tidak langsung. Dan semua politisi
bertujuan baik, yaitu ingin berperan memperbaiki negeri, dan memberi manfaat
kepada manusia. Jika dilihat dari sisi tujuan ini, maka misi mereka sama, yakni
mengajak kepada kebaikan dan memberi solusi dari segala kerugian.
Tapi, tahukah Anda, apa solusi
utama yang ditawarkan oleh para Nabi saw dalam memperbaiki kondisi masyarakat
dan negara dari segala macam krisis?. Solusi dari segala krisis adalah “ibadah”.
Yakni tunduk dan mengabdikan
diri pada Allah swt. Perhatikan ayat-ayat al-Quran di bawah ini:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنْ
اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
"
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thaghut" (QS.
An-Nahl: 36)
Jadi, seluruh Rasul yang diutus ditujukan untuk mengajak
manusia kepada ketundukan dan kepatuhan kepada hukum Allah.
- Solusi bagi kaum Tsamud yang membangun bangunan-bangunan megah dari gunung-gunung serta infrastruktur, namun kekayaan hanya berputar pada sembilan konglomerat (rohtin) besar dan memecah belah bangsa adalah beribadah (mengabdikan diri) pada Allah dan patuh pada aturanNya.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا
أَنْ اعْبُدُوا اللَّهَ فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ
Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus kepada (kaum) Tsamud saudara mereka Shaleh
(yang berseru): "Sembahlah Allah." Tetapi tiba-tiba mereka
(jadi) dua golongan yang bermusuhan (QS. An-Naml: 45)
- Solusi dari kesalahan dan kerancuan konsep teologi ketuhanan kaum Bani Israil:
مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنْ
اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ
فِيهِمْ
(Isa as bekata): “Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku
(mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu",
dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara
mereka.” (QS. Al-Maidah : 117)
- Solusi sistem ekonomi bagi kaum Aad yang sombong dengan perdaban bangunannya yang megah-megah:
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا
اللَّهَ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada
kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah”. (QS. Al-A’raf: 65)
- Solusi sistem ekonomi bagi kaum Madyan yang melakukan kecurangan dan tipu daya dalam jual beli:
وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا
لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَوْفُوا
الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا
النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada
penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah
Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah
datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan
timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan
timbangannya,” (QS. Al-A’raf: 85)
- Solusi bagi krisis penyimpangan seksual dan LGBT
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ
مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ الْعَالَمِينَ
"Dan
(Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (homosksual) itu,
yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" (QS. Al-A’raf: 80)
Saudara, kita menjadi politisi bukan sekedar ingin
mendapat kedudukan jabatan, tetapi kita menjadi politisi adalah dalam rangka
melanjutkan tugas kenabian, berdakwah dan mengajak manusia ke jalan Allah serta
melakukan perbaikan di atas muka bumi. Adakah tugas yang lebih mulia selain
mengajak kepada perbaikan? Itulah tugas para Nabi, dan itu pula tugas kita
menjadi politisi. Jadilah politisi yang da’i yang menawarkan solusi dari segala
macam krisis bangsa dan negara. Setidaknya, jadilah pembela dan pendukungnya.
Wallahu a’lam
bis showab
Rumpin, 30 Maret 2019
Muhammad Jamhuri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar