Jumat, 22 Maret 2019

Modal Spritual Dalam Perjuangan




Seri Taujih Pemenangan

Sebagian orang ada yang pesimis ketika melihat lawan memiliki kekuasaan dan fasilitas yang lengkap dibanding dengan pihaknya. Akan tetapi, dia lupa bahwa kemenangan itu datangnya dari sisi Allah swt. Tidak semata pasukan yang besar dengan faslitas yang lengkap. Sejarah membuktikan, bahwa pasukan yang sedikit dapat mengalahkan pasukan yang lebih besar dengan fasiltas yang lebih lengkap. Perang Thalut dan Jalut, perang Badar, perang Mu’tah dan peperangan lainnya membuktikan bahwa pasukan yang serba kekurangan dapat mengalahkan pasukan dengan fasilitas yang lebih lengkap. 

Modal utama dari kemenangan itu adalah tingkat spiritual pasukan muslim. Mereka meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa kemenangan itu adalah datang dari Allah, bukan semata-mata karena kelengkapan fasilitas. 

فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS; al-Baqarah: 249)

Selain keyakinan kuat kepada janji Allah, modal spritual juga dapat dilihat dari sebesar apa tingkat ubudiyah kita kepada Allah swt. 

Muhammad al-Fatih sang penakluk Konstatinopel dan para pasukannya mendapat kemenangan dikarenakan oleh salah satu faktornya adalah tingkat ubudiyah mereka, sehingga mereka masuk dalam sebuah hadist Nabi saw yang memprediksi “Kalian akan menaklukkan Konstatinopel, maka saat itu mereka adalah sebaik-baik Panglima dan sebaik-baik pasukan”. Suatu janji Nabi saw yang dicita-citakan umat Islam pada setiap generasi sebelum al-Fatih merealisasikannya.

Ketika behasil menaklukkan Konstatinopel, saat mulai masuk waktu shalat. Al-Fatih berkata, bahwa yang berhak menjadi imam dalam shalat pertama di tanah yang baru ditaklukannya adalah orang yang terbaik jejak rekam kualitas ibadahnya. Di hadapan para parujuritnya beliau berkata, “Siapa di antara kalian yang sejak aqil baligh yang tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu? Berdirilah..!” Serentak semua tentara berdiri semua. Ini berarti jejak rekam mereka tidak pernah meninggalkan shalat wajib selama hidupnya. Setidaknya sejak usia aqil baligh mereka.

Karena semuanya beridiri, maka Al-Fatih bertanya lagi, “Siapa di antara kita yang sejak aqil baligh tidak pernah meninggalkan shalat qiyamullail?”. Sebagian besar mereka beridiri, namun sebagian lagi ada yang duduk. Ini menunjukkan bahwa sebagain besar pasukan mempunyai track record sering mengamalkan qiyamullail, bahkan sebagian besar telah terbiasa melakukannya sejak akil baligh tanpa absen. 

Karena masih banyak yang berdiri, maka tidak mungkin shalat diimami oleh banyak orang. Al-Fatih pun berdiri lagi dan bertanya, “Siapa di antara kita yang sejak aqil baligh tidak pernah meninggalkan shalat fardhu tepat waktu berjamaah ?”. Para tentara pun terdiam. Mereka mengingat-ingat dirinya pernah meninggalkan satu atau beberapa waktu sholat dengan berjamaah di awal waktu. Entah karena ketiduran, sakit, musafir atau karena ada kesibukan pekerjaan. Akhi nya dengan jujur satu pun di antara mereka tidak berani berdiri. Lalau al-Fatih berkata, “Alhamdulillah, saya dikaruniai Allah melaksanakan shalat berjamaah di awal waktu sejak saya aqil baligh hingga saat ini”. Akhirnya beliaulah yang memimpin shalat pertama di tanah yang baru ditaklukkannya itu.

Saudara, dalam perjuangan kita perlu mendekatkan diri pada Allah. Karena Dialah yang akan medatangkan kemenangan kepada hamba-hambaNya yang beriman, bertaqwa, beramal shalaih dan berbuat ihsan. Allah swt berfirman:

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl : 128)

Rumpin, 14 Rajab 1440/22 Maret 2019
Al-Haqiir wal Faqiir Ilaa Robbihil Kabiir:
Muhammad Jamhuri




Tidak ada komentar: