Seri Taujih Pemenangan
Sebagian orang ada yang pesimis
ketika melihat lawan memiliki kekuasaan dan fasilitas yang lengkap dibanding dengan
pihaknya. Akan tetapi, dia lupa bahwa kemenangan itu datangnya dari sisi Allah swt. Tidak semata pasukan yang besar dengan faslitas
yang lengkap. Sejarah membuktikan, bahwa pasukan yang sedikit dapat
mengalahkan pasukan yang lebih besar dengan fasiltas yang lebih lengkap. Perang
Thalut dan Jalut, perang Badar, perang Mu’tah dan peperangan lainnya
membuktikan bahwa pasukan yang serba kekurangan dapat mengalahkan pasukan
dengan fasilitas yang lebih lengkap.
Modal utama dari kemenangan itu
adalah tingkat spiritual pasukan muslim. Mereka meyakini dengan
seyakin-yakinnya bahwa kemenangan
itu adalah datang dari Allah, bukan semata-mata karena kelengkapan fasilitas.
فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ
قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ
يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ
فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala Thalut dan orang-orang
yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah
minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut
dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui
Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang
yang sabar." (QS; al-Baqarah: 249)
Selain keyakinan kuat kepada janji Allah, modal
spritual juga dapat dilihat dari sebesar apa tingkat ubudiyah kita kepada Allah
swt.
Muhammad al-Fatih sang penakluk Konstatinopel dan
para pasukannya mendapat kemenangan dikarenakan oleh salah satu faktornya
adalah tingkat ubudiyah mereka, sehingga mereka masuk dalam sebuah hadist Nabi
saw yang memprediksi “Kalian akan menaklukkan Konstatinopel, maka saat itu
mereka adalah sebaik-baik Panglima dan sebaik-baik pasukan”. Suatu janji Nabi
saw yang dicita-citakan umat Islam pada setiap generasi sebelum al-Fatih
merealisasikannya.
Ketika behasil menaklukkan Konstatinopel, saat
mulai masuk waktu shalat. Al-Fatih berkata, bahwa yang berhak menjadi imam
dalam shalat pertama di tanah yang baru ditaklukannya adalah orang yang terbaik
jejak rekam kualitas ibadahnya. Di hadapan para parujuritnya beliau berkata, “Siapa
di antara kalian yang sejak aqil baligh yang tidak pernah meninggalkan shalat
lima waktu? Berdirilah..!” Serentak semua tentara berdiri semua. Ini berarti
jejak rekam mereka tidak pernah meninggalkan shalat wajib selama hidupnya. Setidaknya
sejak usia aqil baligh mereka.
Karena semuanya beridiri, maka Al-Fatih bertanya
lagi, “Siapa di antara kita yang sejak aqil baligh tidak pernah meninggalkan shalat
qiyamullail?”. Sebagian besar mereka beridiri, namun sebagian lagi ada yang
duduk. Ini menunjukkan bahwa sebagain besar pasukan mempunyai track record
sering mengamalkan qiyamullail, bahkan sebagian besar telah terbiasa
melakukannya sejak akil baligh tanpa absen.
Karena masih banyak yang berdiri, maka tidak
mungkin shalat diimami oleh banyak orang. Al-Fatih pun berdiri lagi dan
bertanya, “Siapa di antara kita yang sejak aqil baligh tidak pernah
meninggalkan shalat fardhu tepat waktu berjamaah ?”. Para tentara pun terdiam.
Mereka mengingat-ingat dirinya pernah meninggalkan satu atau beberapa waktu
sholat dengan berjamaah di awal waktu. Entah karena ketiduran, sakit, musafir
atau karena ada kesibukan pekerjaan. Akhi nya dengan jujur satu pun di antara
mereka tidak berani berdiri. Lalau al-Fatih berkata, “Alhamdulillah, saya
dikaruniai Allah melaksanakan shalat berjamaah di awal waktu sejak saya aqil
baligh hingga saat ini”. Akhirnya beliaulah yang memimpin shalat pertama di
tanah yang baru ditaklukkannya itu.
Saudara, dalam perjuangan kita perlu mendekatkan
diri pada Allah. Karena Dialah yang akan medatangkan kemenangan kepada
hamba-hambaNya yang beriman, bertaqwa, beramal shalaih dan berbuat ihsan. Allah
swt berfirman:
إِنَّ اللَّهَ
مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
“Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl : 128)
Rumpin, 14 Rajab 1440/22 Maret 2019
Al-Haqiir wal Faqiir Ilaa Robbihil Kabiir:
Muhammad Jamhuri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar