Seri Taujih Pemenangan
Ada pertanyaan, mengapa kaum Yahudi saat berdoa di tembok
ratapan sangat khusyuk? Mengapa kaum komunis dan Atheis bersungguh-sungguh memperjuangkan ajaran-ajarannya? Mengapa
orang liberal bersemangat memperjuangkan nilai-nilainya? Jawabnya adalah karena
mereka di jalan kebatilan, di jalan yang salah, bahkan di jalan setan. Mereka
dibiarkan dan tidak diganggu oleh setan. Karena setan tahu apa yang mereka
lakukan dan perjuangkan itu adalah nilai-nilai kebatilan yang sama dengan
visi-misi dan tujuan setan. Bahkan setan menghiasi perbuatan buruk mereka
seakan baik dan benar.
Sedangkan seorang muslim atau
mujahid (pejuang), selalu diganggu dan dihalang-halangi oleh setan. Oleh sebab
itu, saat akan atau sedang melaksanakan shalat atau mengaji maka terasa berat,
tidak khusyu’ dan bermalas-malasan. Apalagi dalam memperjuangan nilai-nilai
kebenaran Islam, maka setan dan bala tentaranya selalu menghalaginya, baik dari
dalam diri maupun dari luar. Itulah
sebabnya, pejuang-pejuang kebenaran lebih berat dalam melaksanakan perjuangannya dari pada pejuang kebatilan. Perlu
ketekunan, doa, kesabaran dan keistiqomahan. Allah swt berfirman:
لَوْ كَانَ
عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لَاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمْ
الشُّقَّةُ
Kalau yang
kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan
yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang
dituju itu amat jauh terasa oleh mereka (QS. At-Taubah: 42)
Perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran
adalah perjuangan yang jauh, penuh onak duri dan rintangan. Seandainya
perjuangan ini dihampari permadani lembut dan limpahan harta, pastilah Nabi saw
dan para sahabatnya tidak perlu berpayah-payah berjuang karena akan menarik
hati setiap orang. Namun perjuangan ini membutuhkan kekuatan iman dan kesabaran
serta keistiqomahan.
Namun, jika kita membaca ayat lain, maka kita akan
mengetahui bahwa sebenarnya jika kita merasakan lelah, payah dan kejengkelan
dengan perilaku jahat dan curang mereka, sebenarnya mereka pun kesal dan
jengkel dengan perjuangan kita yang lurus, santun, rapi dan kompak. Perhatikan
firman Allah swt:
وَلَا تَهِنُوا
فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ
كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنْ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ وَكَانَ اللَّهُ
عَلِيمًا حَكِيمًا
“Janganlah kamu berhati lemah dalam
mengejar
(menghadapi) mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka
sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya,
sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan
adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS.An-Nisaa: 104)
Capeknya sama, kesalnya sama, gregetnya sama. Akan
tetapi yang membedakan adalah “nilai” yang diperjuangkan. Yang membedakan kita
dengan mereka adalah “value”.
وَتَرْجُونَ
مِنْ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ
“Sedang kamu mengharap dari pada Allah apa
yang tidak mereka harapkan”
Tujuan kita adalah ridho Allah dan kebahagiaan
yang kekal di sisiNya, sedang tujuan mereka adalah hanya bersifat duniawi saja.
Bahkan jika kita berjuang dengan
bersungguh-sungguh dan tidak kenal lelah karena Allah, maka Allah akan
memasukkan ke dalam hati musuh rasa “ru’b” (kepanikan), sehingga sebenarnya secara
mental, mereka sudah meraskan bonus siksa di dunia. Allah swt berfirman:
إِذْ يُوحِي
رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا
سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ
“(Ingatlah), ketika Tuhanmu
mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka
teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman." Kelak akan Aku
jatuhkan rasa ketakutan (kepanikan) ke dalam hati orang-orang kafir” (QS. Al_Anfal: 12)
Saudara, Kita patut bersyukur kepada Allah swt berada dalam hidayahNya,
juga berada dalam jalan perjuanganNya. Maka sebagai tanda syukur kepadaNya,
kita harus memperjuangkan nilai-nilai Nya dengan bersungguh-sungguh. Karena
rasa syukur yang diaplikasikan dengan menjaga dan memperjuangkan nilai-nilai
ajaranNya, akan melahirkan bertambahnya nikmat Allah. Nikmat itu berupa baldatun
toyyibatun wa robbun ghafur, negara dan pemerntahnya yang akan menegakkan
keadilan, kesejahteraan dan ketentraman. Nikmat itu bukan hanya dirasakan oleh
kita saja. Tetapi juga akan dirasakan oleh anak cucu bangsa kita nanti.
Wallahu a’lam bis showab
Rumpin, 28 Maret 2019
Muhammad Jamhuri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar