Kamis, 28 Maret 2019

Memperjuangkan Nilai


Seri Taujih Pemenangan

Ada pertanyaan, mengapa kaum Yahudi saat berdoa di tembok ratapan sangat khusyuk? Mengapa kaum komunis dan Atheis bersungguh-sungguh  memperjuangkan ajaran-ajarannya? Mengapa orang liberal bersemangat memperjuangkan nilai-nilainya? Jawabnya adalah karena mereka di jalan kebatilan, di jalan yang salah, bahkan di jalan setan. Mereka dibiarkan dan tidak diganggu oleh setan. Karena setan tahu apa yang mereka lakukan dan perjuangkan itu adalah nilai-nilai kebatilan yang sama dengan visi-misi dan tujuan setan. Bahkan setan menghiasi perbuatan buruk mereka seakan baik dan benar. 

Sedangkan seorang muslim atau mujahid (pejuang), selalu diganggu dan dihalang-halangi oleh setan. Oleh sebab itu, saat akan atau sedang melaksanakan shalat atau mengaji maka terasa berat, tidak khusyu’ dan bermalas-malasan. Apalagi dalam memperjuangan nilai-nilai kebenaran Islam, maka setan dan bala tentaranya selalu menghalaginya, baik dari dalam diri maupun dari luar. Itulah sebabnya, pejuang-pejuang kebenaran lebih berat dalam melaksanakan perjuangannya dari pada pejuang kebatilan. Perlu ketekunan, doa, kesabaran dan keistiqomahan. Allah swt berfirman:

لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لَاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمْ الشُّقَّةُ

Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka  (QS. At-Taubah: 42)

Perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran adalah perjuangan yang jauh, penuh onak duri dan rintangan. Seandainya perjuangan ini dihampari permadani lembut dan limpahan harta, pastilah Nabi saw dan para sahabatnya tidak perlu berpayah-payah berjuang karena akan menarik hati setiap orang. Namun perjuangan ini membutuhkan kekuatan iman dan kesabaran serta keistiqomahan.

Namun, jika kita membaca ayat lain, maka kita akan mengetahui bahwa sebenarnya jika kita merasakan lelah, payah dan kejengkelan dengan perilaku jahat dan curang mereka, sebenarnya mereka pun kesal dan jengkel dengan perjuangan kita yang lurus, santun, rapi dan kompak. Perhatikan firman Allah swt:

وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنْ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar (menghadapi) mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.  (QS.An-Nisaa: 104)

Capeknya sama, kesalnya sama, gregetnya sama. Akan tetapi yang membedakan adalah “nilai” yang diperjuangkan. Yang membedakan kita dengan mereka adalah “value”.
وَتَرْجُونَ مِنْ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ

“Sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan

Tujuan kita adalah ridho Allah dan kebahagiaan yang kekal di sisiNya, sedang tujuan mereka adalah hanya bersifat duniawi saja.

Bahkan jika kita berjuang dengan bersungguh-sungguh dan tidak kenal lelah karena Allah, maka Allah akan memasukkan ke dalam hati musuh rasa “ru’b” (kepanikan), sehingga sebenarnya secara mental, mereka sudah meraskan bonus siksa di dunia. Allah swt berfirman:

إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ

(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman." Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan (kepanikan) ke dalam hati orang-orang kafir (QS. Al_Anfal: 12)

Saudara, Kita patut bersyukur kepada Allah swt berada dalam hidayahNya, juga berada dalam jalan perjuanganNya. Maka sebagai tanda syukur kepadaNya, kita harus memperjuangkan nilai-nilai Nya dengan bersungguh-sungguh. Karena rasa syukur yang diaplikasikan dengan menjaga dan memperjuangkan nilai-nilai ajaranNya, akan melahirkan bertambahnya nikmat Allah. Nikmat itu berupa baldatun toyyibatun wa robbun ghafur, negara dan pemerntahnya yang akan menegakkan keadilan, kesejahteraan dan ketentraman. Nikmat itu bukan hanya dirasakan oleh kita saja. Tetapi juga akan dirasakan oleh anak cucu bangsa kita nanti.

Wallahu a’lam bis showab

Rumpin, 28 Maret 2019

Muhammad Jamhuri

Tidak ada komentar: