Seri Taujih Pemenangan
Siapa yang tak mengenal panglima
Islam bernama Khalid bin Walid? Ya, dia adalah panglima Islam yang telah
memenangkan banyak peperangan yang dia pimpin. Hampir tidak ada peperangan yang
dia pimpin kecuali mendapat kemenangan. Hingga perang Qadisyah saat melawan
tentara yang lengkap dengan pasukan bergajahnya pun dapat ditaklukkan oleh
pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid. Bahkan saat usai perang dan diperintah bergabung
membantu pasukan Muslimin di Yarmuk menghadapi bangsa Romawi, beliau dapat
membawa pasukannya melewati gurun luas hanya dalam waktu tidak sampai dua pekan,
padahal umumnya perjalanan dari Persia
(Irak) ke Yarmuk (Suriah) memakan waktu sebulan.
Namun, saat Khalid bin Walid
dipecat tanpa alasan pelanggaran atau menyalahi aturan di tengah-tengah
persiapan pertarungan antara pasukan
muslimin dengan pasukan Romawi, beliau tetap berjuang di garis terdepan tanpa
ada perubahan semangat. Ketika beliau ditanya oleh bekas anak buahnya, “Mengapa
Anda tetap semangat berjihad?, sedangkan Anda baru saja mendapat surat
pemecatan dari Khalifah Umar sebagai panglima?”. Khalid bin Walid menjawab, “Saya
berjuang bukan karena Umar bin Khattab, tapi saya berjuang demi Rabb-nya Umar
bin Khattab”.
Belum lama dari ingatan kita,
menjelang pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu, PKS telah menetapkan calon
Gubernur yang akan diusung oleh PKS adalah Mardani Ali Sera, kader terbaik PKS
(sekerang pencetus tagar #2019 Ganti Presiden). Namun, beliau rela mengundurkan diri, baik
dari cagub maupun cawagub, dan digantikan dengan Anies Baswedan yang notebone
mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Era Presiden Jokowi pendukung Ahok
rival Anis Baswedan dalam kandidat sebagai gubernur DKI Jakarta. Apakah Mardani
Ali Sera kemudian mundur dari perjuangan karena telah “didepak”?. Tidak, bahkan beliau digaris terdepan sebagai
Ketua Tim pemenangan pasangan Anis Baswedan dan Sandiaga Uni, dan ternyata
berhasil memenangkan pilkada DKI tersebut.
Kita juga diingatkan oleh
peristiwa saat bursa pencalonan wakil presiden mendampingi capres Prabowo
Subianto. Saat itu Pertemuan Ijtima’ Ulama Ke-2 menyepakati dengan bulat bahwa
calon Presiden hasil Ijtima adalah Prabowo Subianto dan calon wakil presidennya
adalah Dr.KH. Habib Salim Segaf al-Jufri, seorang ulama dan kader serta
petinggi PKS. Beliau adalah Ketua Majelis Syuro PKS saat ini. Namun kemudian
partai Koalisi dengan melobi alim ulama sepakat bahwa sebagai capresnya adalah
Sandiaga Uno. Saat itu, mulanya kader PKS di bawah gamang, kenapa kader
terbaiknya tersingkir dari bursa cawapres hasil ijtima ulama? Namun karena mereka terbiasa dengan mekanisme
di partai yang menjunjung sistem syuro, akhirnya mereka pun legowo menerima
keputusan itu.
Apakah setelah “tersingkrnya”
Habib Salim Segaf al Jufri, beliau tidak berjuang? Apakah setelah pimpinan
partainya dikeluarkan dari bursa calon wakil preseden, kemudian para kader PKS
di bawah tidak mau berjuang memenangkan Prabowo-Sandi?. Tidak, malah mereka
terlihat berjuang di garis terdepan di setiap lini dan jenjangnya. Karena yang
mereka inginkan adalah ridho Allah dan kemaslahatan bagi umat dan bangsa ini.
Saudara, para sahabat Nabi saw telah
memberikan tauladan yang baik buat kita. Perjuangan bukan karena seorang tokoh
dan personal, bukan juga karena jabatan dan harta. Namun, yang mereka dambakan
adalah ridho Allah dan kemaslahatan umat.
Meski jauh dari derajat sahabat,
para pimpinan partai kita pun telah memberikan contoh nyata, bahwa posisi dan
jabatan bukan segala-galanya dalam perjuangan, namun yang dicari adalah ridho
Allah dan kemaslahatan besar buat hamba-hambaNya. Bukankah besi yang menopang bangunan dan
tertutup pasir dan semen tak pernah terlihat sebagai keindahan pada suatu
bangunan Indah?, padahal peran besi sebagai tiang tidak kalah pentingnya dalam
memberi andil kokoh dan indahnya suatu bangunan.
Wallahu a’lam.
Rumpin 26 Maret 2019
Muhammad Jamhuri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar