Selasa, 26 Maret 2019

Tetap Berjuang di Posisi Apapun


 Seri Taujih Pemenangan 



Siapa yang tak mengenal panglima Islam bernama Khalid bin Walid? Ya, dia adalah panglima Islam yang telah memenangkan banyak peperangan yang dia pimpin. Hampir tidak ada peperangan yang dia pimpin kecuali mendapat kemenangan. Hingga perang Qadisyah saat melawan tentara yang lengkap dengan pasukan bergajahnya pun dapat ditaklukkan oleh pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid. Bahkan saat usai perang dan diperintah bergabung membantu pasukan Muslimin di Yarmuk menghadapi bangsa Romawi, beliau dapat membawa pasukannya melewati gurun luas hanya dalam waktu tidak sampai dua pekan, padahal umumnya perjalanan  dari Persia (Irak) ke Yarmuk (Suriah) memakan waktu sebulan.

Namun, saat Khalid bin Walid dipecat tanpa alasan pelanggaran atau menyalahi aturan di tengah-tengah persiapan  pertarungan antara pasukan muslimin dengan pasukan Romawi, beliau tetap berjuang di garis terdepan tanpa ada perubahan semangat. Ketika beliau ditanya oleh bekas anak buahnya, “Mengapa Anda tetap semangat berjihad?, sedangkan Anda baru saja mendapat surat pemecatan dari Khalifah Umar sebagai panglima?”. Khalid bin Walid menjawab, “Saya berjuang bukan karena Umar bin Khattab, tapi saya berjuang demi Rabb-nya Umar bin Khattab”.

Belum lama dari ingatan kita, menjelang pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu, PKS telah menetapkan calon Gubernur yang akan diusung oleh PKS adalah Mardani Ali Sera, kader terbaik PKS (sekerang pencetus tagar #2019 Ganti Presiden).  Namun, beliau rela mengundurkan diri, baik dari cagub maupun cawagub, dan digantikan dengan Anies Baswedan yang notebone mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Era Presiden Jokowi pendukung Ahok rival Anis Baswedan dalam kandidat sebagai gubernur DKI Jakarta. Apakah Mardani Ali Sera kemudian mundur dari perjuangan karena telah “didepak”?.  Tidak, bahkan beliau digaris terdepan sebagai Ketua Tim pemenangan pasangan Anis Baswedan dan Sandiaga Uni, dan ternyata berhasil memenangkan pilkada DKI tersebut.

Kita juga diingatkan oleh peristiwa saat bursa pencalonan wakil presiden mendampingi capres Prabowo Subianto. Saat itu Pertemuan Ijtima’ Ulama Ke-2 menyepakati dengan bulat bahwa calon Presiden hasil Ijtima adalah Prabowo Subianto dan calon wakil presidennya adalah Dr.KH. Habib Salim Segaf al-Jufri, seorang ulama dan kader serta petinggi PKS. Beliau adalah Ketua Majelis Syuro PKS saat ini. Namun kemudian partai Koalisi dengan melobi alim ulama sepakat bahwa sebagai capresnya adalah Sandiaga Uno. Saat itu, mulanya kader PKS di bawah gamang, kenapa kader terbaiknya tersingkir dari bursa cawapres hasil ijtima ulama?  Namun karena mereka terbiasa dengan mekanisme di partai yang menjunjung sistem syuro, akhirnya mereka pun legowo menerima keputusan itu. 

Apakah setelah “tersingkrnya” Habib Salim Segaf al Jufri, beliau tidak berjuang? Apakah setelah pimpinan partainya dikeluarkan dari bursa calon wakil preseden, kemudian para kader PKS di bawah tidak mau berjuang memenangkan Prabowo-Sandi?. Tidak, malah mereka terlihat berjuang di garis terdepan di setiap lini dan jenjangnya. Karena yang mereka inginkan adalah ridho Allah dan kemaslahatan bagi umat dan bangsa ini.

Saudara, para sahabat Nabi saw telah memberikan tauladan yang baik buat kita. Perjuangan bukan karena seorang tokoh dan personal, bukan juga karena jabatan dan harta. Namun, yang mereka dambakan adalah ridho Allah dan kemaslahatan umat.

Meski jauh dari derajat sahabat, para pimpinan partai kita pun telah memberikan contoh nyata, bahwa posisi dan jabatan bukan segala-galanya dalam perjuangan, namun yang dicari adalah ridho Allah dan kemaslahatan besar buat hamba-hambaNya.  Bukankah besi yang menopang bangunan dan tertutup pasir dan semen tak pernah terlihat sebagai keindahan pada suatu bangunan Indah?, padahal peran besi sebagai tiang tidak kalah pentingnya dalam memberi andil kokoh dan indahnya suatu bangunan.

Wallahu a’lam.

Rumpin 26 Maret 2019
Muhammad Jamhuri

Tidak ada komentar: