Sabtu, 08 Mei 2021

HIKMAH RAMADHAN HARI KE 27: QOBLIYAH DAN BAKDIYAH RAMADHAN SERTA SHOLAT ARBAIN

Biasanya kita mengenal kata qobliyah dan bakdiyah hanya dalam sholat saja. Ternyata istilah itu secara amaliyah (praktek) terdapat juga pada ibadah puasa Ramadhan. Bahkan ibadah haji.

Dalam ibadah sholat, kita mengenal sholat sunnah qobliyah yang dilakukan sebelum sholat wajib yang bertujuan sebagai mukoddimah atau pengantar meraih kekhusyu’an saat melaksanakan sholat wajib –sebagaimana penjelalasan ulama.  Maka qobliyah Ramadhan juga bertujuan yang sama. Agar puasa dan ibadah selama Ramadahan menjadi optimal dan berkualiatas serta ringan dilakukan. Lalu apakah yang dimaksud dengan Qobliyah Ramadhan? Dialah puasa sunnah Rajab dan Sya’ban. Karena setiap kali nabi saw memasuki bulan Rajab dan Sya’ban, beliau berdo’a “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan”. Isi doa Nabi saw ini menyimpan pesan bahwa Rajab, Sya’ban dan Ramadhan bagailan satu paket amalan. Hanya saja puasa Rajab dan Sya’ban sifatnya sunnah. Sama dengan qobliyah zhuhur atau ashar yang sifatnya sunnah. Banyak riwayat yang menyebut Nabi saw melaksanakan puasa sunnah Sya’ban. Bahkan satu riwayat menyebut nabi saw tidak melaksanakan puasa sunnah sebanyak puasa di bulan Sya’ban. “Adalah Nabi saw berpuasa Sya’ban sepenuhnya kecuali meninggalkan beberapa hari saja”. Demikian pula Nabi saw memperbanyak sholat malam di bulan Sya’ban. Nabi saw menyebut keutamaan nisfu Sya’ban. Amalan-amalan nabi saw tersebut memberi kesan beliau menyiapkan Ramadahan dengan ibadah qoliyah sebelum melaksanakan ibadah puasa fardhu di bulan Ramadahan dan amalan lainnya. Ibarat akan bertarung, beliau melakukan warming up atau pemanasan sebelum tiba bulan Ramadham. Sehingga ibadah puasa dan qiyam Ramadahan menjadi ringan karena telah melakukan latihan di bulan Sya’ban.

Lalu apa yaang dimaksud Bakdiyah Ramadhan?. Dialah puasa sunnah enam hari di bulan Syawal. Nabi saw bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diikutkan dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka ia mendapat pahala seperti berpuasa setahun lamanya.”

Jika shalat qobliyah berfunsgi sebagai pengantar dan pembuka agar diri menjadi lebih khusyu’ saat melasanakan shalat fardhu, maka shalat bakdiyah berfungsi menambal kekurangan dan bolong selama pelaksanaan sholat fardhu. Demikian juga dengan puasa sunnah Syawal, ia berfungsi menambal kekurangan puasa yang kita lakukan selama bulan Ramadahan. Oleh sebab itu kita sangat dianjurkan untuk melakukan “Bakdiyah Ramadhan” ini, kerena boleh jadi selama Ramadhan, puasa dan ibadah kita masih tidak optimal dan khusyuk. Selain keutamaan puasa Syawal juga mendapat pahala seperti berpuasa selama setahun.

Ada beberapa orang yang melakukan “qobliyah dan bakdiyah Ramadahan” dengan cara lain, yaitu dengan melaksanakan apa yang disebutnya “arbain”. Istilah ini diambilnya dari “arbain” saat pergi umroh dan berkunjung ke Madinah. Yaitu berusaha melaksanakan shalat fardhu berjamaah sebanyak 40 waktu tanpa “batal” (baca: luput) satu waktu shalat pun. Meskipun hadistnya dhoif, tapi shalat lima waktu berturut-berturut selama berada di Madinah delapan hari sehingga berjumlah 40 waktu shalat fardhu adalah baik. Terutama bagi mereka yang belajar menghidupakan sunnah berjamaah lima waktu sepanjang hidupnya.

Oleh sebab itu, saat saya membimbing jamaah umroh atau haji, saya sering mengajak jamaah umroh atau haji, untuk tidak membatasi sholat fardhu berjamaah hanya 40 waktu dan di Madinah saja. Saat di Makkahpun tetap lakukan arbain. Gak ada haditsnya? Lakukan saja, karena hadist umum tentang keutamaan shalat berjamaah bisa dijadikan dalil targhib (spirit) dalam menjalankan ibadah sunnah. Bahkan bila perlu lakukan arbain berkali-kali di Tanah Air.

Nah, untuk Arbain qobliyah Ramadahan dan bakdiyahnya, bisa dilakukan sebelum atau pasca Ramadhan. Kita tahu, bahwa di Ramadhan ini susana shalat berjamaah itu sangat kondusif. Hampir di tiap rest area, masjid, pom bensin banyak orang menunggu waktu shalat. Oleh karena itu sangat memungkinkan kita menjaga sholat berjamaah. Jika saja selama Ramadhan kita dapat istiqomah menjalanan sholat berjamaah fardhu tanpa henti, maka kita telah mendapatkan 30 hari shalat berjamaah fardhu tanpa henti selama Ramadhan. Nah, sisanya dapat dilanjutkan di 10 hari di Syawal, atau 10 hari di Sya’ban. Atau 5 hari di Sya’ban, 30 Hari di Ramadahan dan 5 hari di Syawal. Dengan begitu, kita sempat melaksanakan shalat berjamaah selama 40 hari tanpa batal (baca: henti). Biarlah kita belajar dari 40 (arbain) dulu, insya Allah ke depan amal kita semakin membaik hingga bisa shalat berjamaah hingga 40 tahun tanpa “batal” seperti yang pernah dilakukan para sahabat.

Jadi, mari mulai latih shalat berjamaah dari 40 waktu berturut-turut (arbaina waqtan), lalu meningkat 40 hari (arbaina yauman), kemudian 40 pekan (arbaina usbu’an), lanjut 40 bulan (arbaina syahron), dan jika Allah memanjangkan usia kita melanjut ke 40 tahun (arbaina sanatan) mendawamkan shalat berjamaah. Sehingga kita menjadi sebaik hamba Allah yang usianya bertambah bersama dengan amalnya pun yang semakin bertambah kualitasnya. Aamiin.

Muhammad Jamhuri, 27 Ramadhan 1422 H

Tidak ada komentar: