Waktu kita masih kanak-kanak dan mulai belajar berpuasa, sering terdengar kalimat dari orang tua atau dewasa, “orang yang tidak berpuasa tidak boleh ikut lebaran.”. Tapi kenyataannya saat hari lebaran tiba, kita tetap dibelikan dan dipakaikan baju baru, dipresen dan bersenang-senang berasama anak-anak lain bermain kembang api atau petasan. Ternyata lebaran bisa diikuti oleh siapapun, termasuk orang yang tidak berpuasa Ramadhan.
Dari mana asal-usulnya
kata “lebaran” menjadi padanan atau murodif dari kata idul fitri? Wallahu a’lam.
Mungkin kata “lebaran” berasal dari kata “liburan”. Karena saat berlebaran,
kita semua berlibur, jalan-jalan, bertamasya atau siluturrahim. Negara juga meliburkan
kegiatan kantornya di hari itu dengan memerahkan tanggal kelender,
Boleh jadi juga kata “lebaran”
berasal dari kata “lebar” yang berarti luas. Karena setelah menjalankan ibadah
puasa Ramadhan yang penuh dengan perjuangan menahan lapar dan dahaga, kini
menjadi terasa plong, lega atau lebar. Sehingga dada dan hati terasa lebara-an
(luas-an).
Oleh sebab itu, tidak
benar perkataan, “Orang yang tidak puasa tidak boleh ikut lebaran”. Karena
kenyataannya anak-anak yang tak berpuasa tetap boleh ikut lebaran. Bahkan orang
dewasa yang tidak berpuasa ikut merayakan hari lebaran. Bahkan di zaman Corona
seperti sekarang ini pun, orang kafir ikut merayakan hari lebaran. Buktinya,
orang-orang non muslim asal Cina bebas terbang ke Imdonesia, sementara orang
muslim pribumi dilarang mudik.
Karena itu yang dapat
merasakan spirit idul fitri hanyalah orang-orang yang berpuasa dan beribadah
dengan baik selama Ramadhan. Karena kata “Idul Fitri” mengandung arti “Perayaan
Berbuka”. Itu sebabnya di hari itu diharamkan berpuasa. Dan yang dapat
merasakan Perayaan Berbuka hanyalah orang-orang yang berpuasa.
Ada pula yang
mengartikan Idul fitri dengan makna “kembali kepada kesucian”. Jika pun makna
ini benar. Maka tetap saja yang dapat merasakan ‘kembali kepada fitrah’
(kesuciaan) adalah orang-orang yang berpuasa dan beribadah optimal selama
Ramadhan. Oleh sebab itu Allah swt telah menjelaskan urutan tipe orang yang
sukses (falah) dengan firmannNya; Qod Alflaha Man Tazakka wa Dzakaro ismahu
fa Sholla”. Orang sukses pasca Ramadhan itu adalah 1) orang yang tazakka
(mensucikan diri dengan puasa, dan mensucikan harta dengan zakat), 2. Orang
yang dzkaro ismahu (menyebut nama Allah dengan bertakbir di malam idul
fitri), dan 3. Orang yang fa sholla (melaksanakan sholat Id).
Jadi dengan kata lain. Lebaran
bisa dirasakan oleh semua orang. Namun Idul Fitri hanya dapat dirasakan oleh
orang-orang yang berpuasa dengan iman dan ikhlas. Nabi saw bersabda, “Barangsiapa
berpuasa karena dorongan iman dan ikhlas, maka ia akan diampuni dosa-dosanya
yang lalu.” (HR: Bukhori). Alias kembali kepada fitri (kesucian).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar