Tidak disangkal lagi, datangnya bulan Ramadhan telah banyak merubah segala sektor kehidupan. Dari yang skala kecil dan bersifat pribadi, hingga skala besar dan bersifat komunal bahkan negara dan dunia. Dalam skala kecil misalnya, gaya hidup tiap muslim terjadi perubahan. Mulai dari jadwal tidur hingga kehidupan ibadah. Usai shalat isya kaum muslimin tidak langsung tidur atau pulang ke rumah, akan tetapi melaksanakan taraweh secara massal yang tidak dilakukan di bulan lainnya. Intensitas membaca al-Quran pun meningkat dibanding di bulan lain. Dalam skala komunal dan negara, terlihat perputaran ekonomi pun cepat dan menggeliat. Produksi barang dan jasa pun meningkat di bulan Ramadhan. Di bidang media dan telekomunikasi pun, konten-konten acara pun berubah. Acara penuh nuansa religi, bahkan hingga konten iklan pun bernuansa religi.
Namun. perubahan-perubahan di atas bersifat masih parsial dan hanya menyentuh pinggiran-pinggirannya saja dari kehidupan. Perubahannya tidak menyentuh sesutau yang fundamental dan substansial. Sehingga setelah Ramadhan usai, usai pula tradisi kebiasaan yang telah baik itu.
Sebenarnya, ketika Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai satu-satunya nama bulan yang disebut kitabNya, itu karena kemuliaan bulan ini. Dan kemuliaan bulan ini disebabkan karena di bulan ini diturunkannya al-Quran, kitab yang mulia. Jadi, tersebab al-Quran-lah Ramadhan ini menjadi mulia. Sementara itu al-Quran adalah kitab perubah manusia. Dengan al-Quran lah masyarakat yang tadinya masih berada di zaman gelap gulita, menjadi masyarakat yang tercerahkan dan mencerahkan, dari masyarakat terkebelakang menjadi masyarakat yang maju, dari masyarakat yang masih jahiliyah menjadi masyarakat yang berperadaban maju. Jadi, sebenarnya melalui Ramadhan ini Allah menghendaki kita perubahan yang essensial. Yakni terwujudnya masyarakat yang serba keterbelakang menjadi masyarakat yang maju, masyarakat yang dungu menjadi masayarakat yang berakal sehat. Sehingga tercipta peradaban besar yang dapat menegakkan dan menebarkan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan di atas muka bumi. Jadi, bulan Ramadahan hanyalah wasilah (sarana) untuk suatu perubahan besar yang diinginkan oleh misi turunnya al-Quran. “Dan bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia, penjelas dari petunjuk itu serta sebagai pembeda antara yang haq dan batil (al-furqon)”. (QS. Al-Baqarah: 184)
Amirul Mukminim Umar bin Khattab berkata, “Innallaah rofa’a bi hadzal kitaab qouman wa yadho’u bihil aakhoriin”. Sesungguhnya Allah telah meninggikan suatu bangsa dengan sebab kitab (al-Quran) ini, dan dengannya juga Allah merendahkan bangsa lain.”
Sejak dahulu bangsa Arab dipandang sebagai bangsa terbelakang. Tak ada peradaban apalagi potensi alam yang dilirik oleh bangsa lain. Sebaliknya, bangsa-bangsa besar yang dikenal maju peradabannya saat itu adalah Romawi dan Persia serta sisa-sisa peradaban bangsa lainnya, seperti Yunani, China, dan India. Bangsa Arab benar-benar bangsa yang tak diperhitungkan sama sekali. Namun berkat al-Quran, bangsa Arab menjadi bangsa yang diperhitungkan dalam kancah percaturan dunia.
Kini, Ramadhan yang kita alami saat ini memang telah banyak merubah sisi kehidupan kita sehari-hari, mulai dari jadwal bangun tidur, kondisi ibadah yang meningkat hingga perubahan sektor ekonomi. Tapi itu hanya bersifat temporer dan sementara. Padahal, Ramadahan yang didalamnya diturunkan al-Quran sejatinya menghendaki kita perubahan dalam kehidupan sehari-hari kita kepada yang lebih baik lagi di setiap waktu. Dan itu hanya bisa terjadi saat kita kembali kepada al-Quran sang Kitab Perubah Semua Bangsa dan umat manusia. Sementara Ramadhan adalah sebagai entry point-nya saja.
Muhammad Jamhuri, 15 Ramadhan 1442 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar