Saat kita masih kecil awal-awal belajar puasa, betapa rasa haus menggelayut di siang hari. Tapi toh kita tidak berani minum atau makan sekalipun tak dilihat manusia. ? Itulah kecerdasan spritual. Kecerdasan tertinggi manusia. Kecerdasan meninggalkan kecurangan dan maksiat meski tak diketahui manusia.
Kecerdasan inilah melahirkan manusia-manusia jujur yang kini dirasa mulai langka. Kecerdasan inilah melahirkan episode seorang hamba penggembala kambing milik tuannya tidak mau menjual kambing walau coba dirayu Umar. Hamba itu memang tidak diketahui tuannya jika korupsi ternak milik tuannya, tapi dia yakin diketahui Tuhan tuannya.
Kecerdasan spritual ini juga yang melahirkan seorang gadis yg tidak mau mencampur susu dagangannya dengan air agar mendapat keuntungan lebih, meskipun ibunya yang menyuruhnya. Hingga Umar bin Khttab menjodohkan gadis dengan salah seorang putranya. Umar tak melihat berapa IP atau peringkat nilai kecerdasan intelektualnya. Dan perjodohan inilah yang dikemudian hari dari keturunannya lahir tokoh Umar bin Abdul Aziz, sang khalifah yang adil dan menebar kesejahteraan pada rakyatnya.
Itulah sifat-sifat ketakwaan yang dilahirkan dari ibadah puasa. Dan derajat muttaqin itulah yg menjadi tujuan puasa, yang hari-hari ini sangat langka menemukannya di tengah masyarakat, apalagi di tengah para elit dan penguasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar