Minggu, 05 November 2023

BERZIARAH KE MAKAM IBNU BATHUTAH DI TANGIER (TONJAH)

Catatan Rihlah

Sabtu, 4 Nopember 2023 akhirnya kami tiba di Tangier. Kota padat dengan pelabuhannya yang cukup ramai, kami akan berkunjung ke makam (petilasan) seorang Pengelana Muslim sekelas Marcopolo bernama Ibnu Bathutah. Unuk menuju makam (petilasan) beliau, kami harus meleati gang-gang kecil di sudut-sudut pertokoan dan rumah warga. Disana terdapat prasasti Sejarah singkat beliau serta peta perjalanan beliau selama hidup.
Ibnu Bathutah Bernama Abu ‘Abdallah Muhammad Ibn’ Abdallah ibn Muhammad ibn Ibrahim al-Lawati Ibn Battuta atau sapaan singkat yakni Ibnu Batutah lahir pada 25 Februari 1304. Ia besar dalam keluarga keturunan suku Berber yang terkenal dengan nama suku Lawata.

Semasa di di Maroko, Ibnu Batutah serta beberapa keluarga dekatnya mendapat pendidikan ilmu hukum, meskipun kota yang di tinggali Ibnu Batutah, yakni kota Tangier bukanlah pusat kebudayaan dan pendidikan waktu itu.
Namun, Tangier tetap punya keluarga-keluarga cendekiawan, pejabat agama di masjid-masjid dan lembaga agama lainnya, pejabat administrasi, penasihat hukum dan hakim, serta guru dan guru besar bagi para putera keluarga kaya dari kalangan pedagang dan tuan tanah.
Ibnu Battuta mengembara dengan keledainya meninggalkan kota kelahirannya di Tangier, Maroko. Ia pergi seorang diri ke arah timur di sepanjang wilayah Afrika Utara, melewati lembah sungai dan daratan-daratan kering yang diapit serangkaian pegunungan. Ketika meninggalkan rumah, Ibnu Batutah berusia 21 tahun.
Gairahnya berpetualang ke dunia luar begitu membara. Ia berharap bisa belajar lebih banyak. Dalam buku yang dia tulis berjudul Rihla, Ibnu Batutah mengungkapkan alasan mengapa dia meninggalkan kota kelahirannya dan memutuskan menjelajah yakni “Tujuanku untuk berziarah ke Kabah (di Makkah), dan untuk mengunjungi makam Nabi”.
Dengan keyakinan inilah Ibnu Batutah menjelajahi panasnya Afrika Utara untuk Sampai ke Kota yang menjadi tujuan hampir seluruh umat muslim di dunia sampai saat ini, yakni Kota Mekkah al mukorromah.
Selepas dari China, Ibnu Batutah kembali lagi ke kampung halamannya di Kota Tangier, Maroko. Sempat mengganti kapalnya di Sumatra dan bertemu Sultan Malik Al-zahir yang merupakan anak dari Sultan Malikul Saleh sang pendiri dinasti Samudra Pasai. Ibnu Batutah pun kembali ke negeri asalnya, sebelum kembali dia sempat singgah di Kota Granada, Andalusia dan bertemu seorang bernama Ibn Juzayy yang nantinya mencatat perjalanan Ibnu Batutah dan diberi nama Rihla.
Ibnu Batutah wafat antara tahun 1368 dan 1369
Dengan mencatatkan penjelajahan yang memakan waktu kurang lebih 29 tahun dan mencapai 120.700 Km. Ibnu Batutah pun sering bersanding gelar dengan Marco Polo sebagai Penjelajah terhebat sepanjang sejarah.
Berkat penjelajahan yang dilakukan Ibnu Batutah secara langsung maupun tidak langsung memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan terutama Ilmu Geografi dan Kartografi.

Tidak ada komentar: