Selasa, 14 November 2023

Melihat Sungai yang Menjadi Saksi Lahirnya Kitab Matan “Al-Jurumuiyah” di Fez Maroko

Sungai Ajurum tempat kitab diletakkan
oleh Imam  Abu Abdillah Al-Shonhaji
Dalam rangkaian ziarah di kota Fez, Maroko,pada sabtu, 11 Nopember 2023  kami menziarahi beberapa makam dan tempat bersejarah di sana. Antara lain: Masjid Universitas Al-Qoruwiyun yang merupakan universitas tertua di dunia, makam para aulia dan Rijal Sabáh (tujuh para wali), terutama Syaikh Ahmad al-Tijani pendiri Thoriqoh Tijaniyah. Kami juga mengunjungi Sungai yang menjadi saksi terbit dan tersebarnya sebuah kitab Bernama Matan al-Jurumiyah, karya Abu Abdillah Sidi Muhammad bin Daud Ash-Shanhaji alias Ibnu Ajurrum.

Kitab Al-Jurumiyah atau dalam bahasa Arab (الآجُرُومِيَّة) merupakan kitab nahwu wajib yang diajarkan di Pesantren-Pesantren yang ada di Indonesia.

Di kalangan pesantren, beliau hanya dikenal dengan sebutan Syekh Sonhaji. Kitab ini ditulis pada abad ke-7 Hijriyah atau pada abad ke 13 M. Di Indonesia waktu itu kira-kira Jaman Kerajaan Majapahit. Syekh Sonhaji sendiri wafat pada abad ke 14 tepatnya pada Tahun 1324 M.

Sungai Ajurum tempat kitab diletakkan
oleh Imam  Abu Abdillah Al-Shonhaji

Kitab Jurumiyah mempunyai dua suku kata, Juru dan Miyah. Juru berasal dari kata جَرَى yang mempunyai arti Berjalan atau mengalir. Miyah berasal dari kata jamak مَاءٌ yang mempunyai arti air yang banyak. Air yang banyak disini diartikan sebagai sungai atau laut. Sesuai asal Muasal kitab Jurumiyah ini maka dua suku kata tersebut dijadikan satu menjadi Jurumiyah.

Dalam kitab Kawakib Durriyah diceritakan bahwa Syeikh Imam Al-Sonhaji tatkala telah rampung menulis sebuah buku tentang kaidah nahwu yang ditulisnya dengan menggunakan sebuah tinta, beliau mempunyai azam untuk meletakkan karyanya tersebut di dalam air. Dengan segala sifat kewara’annya dan ketawakkalannya yang tinggi, beliau berkata dalam dirinya: “Ya Allah jika saja karyaku ini akan bermanfaat, maka jadikanlah tinta yang aku pakai untuk menulis ini tidak luntur di dalam air”. Alhasil, ternyata tinta yang tertulis pada lembaran kertas tersebut tidak luntur.

Dalam riwayat lain disebutkan, ketika beliau merampungkan karya tulisnya tersebut, beliau berazam akan menenggelamkan tulisannya tersebut dalam air mengalir, dan jika kitab itu terbawa arus air berarti karya itu kurang bermanfaat. Namun bila ia tahan terhadap arus air, maka berarti ia akan tetap bertahan dikaji orang dan bermanfaat.

Sambil meletakkan kitab itu pada air mengalir, beliau berkata : “Juruu Miyaah, juruu miyaah” (mengalirlah wahai air!).

Alhasil, setelah kitab itu diletakkan pada air mengalir, kitab yang baru ditulis itu tetap pada tempatnya. Itulah kitab matan “Al-Jurumiyah” karya Imam Al Sonhaji yang masih dipelajari hingga kini.

Tidak ada komentar: